Prolog
Ia
menyesap minuman hangat ditanganya sembari menatap kearah jendela, hujan mulai
turun tak tik tuk suaranya terdengar riuh melenakan bait-bait nadanya seperti
symphoni kehidupan. Sesekali ia melihat jam yang melingkar ditangan nya, sudah
menunjukan pukul 09.45 mereka tak juga datang. Hujan memang menjadi sarana
paling tepat untuk mengingat beberapa scene dalam memorinya. Lagi lagi ia
sedikit bergumam dalam hatinya apakah lebih baik pulang saja? Mereka pun sepertinya
tak akan datang
Sepotong
martabak messes menu yang dipilihnya, mengobati sedikit rindu yang tak kunjung
usai juga. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, kali ini sudah hampir 45
menit ia menunggu tapi tak ada satupun kabar yang masuk di ponselnya.
Kekhawatiran mulai terangkati dibalik rasa kesal yang terus menyelimuti. Ah
terlalu puitis kau ini
Sampai
akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan tempat itu, ya tempat yang dipilih
sesuai perjanjian awal mereka setelah
melaksanakan sebuah acara besar di fakultasnya. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju pintu keluar
setelah membayar minuman dan sepotong martabak yang dipesan nya.
“Ri..”
suara dari sebrang
Ia
mencoba mencari sumber suara tersebut. Sesorang dari sebrang jalan
memanggilnya.
Tak
terlalu jelas ia pun melanjutkan langkahnya.
“Ri,
lo ikut survei kan?” pesan singkat dari salah satu partner Riri di kegiatan
tersebut
“Gatau
wan, soalnya hari ini juga ada rapat dan persiapan kegiatan hima”
“Udah
ikut survei aja ya, dari divisi kita belum ada orang nih”
“Yaudah
lo duluan aja”
Setelah
beberapa pertimbangann akhirnya Riri memberanikan diri untuk menuju sekretariat
hima untuk meminta izin, kebetulan Angga partner koordinator divisi Riri
berhalangan hadir dikarenkan ada tournament
futsal. Dengan perasaan penuh yakin dan harap diizinkan Riri mempercepat
langkahnya.
Akhirnya
prosedur izin dengan pimpinan hima pun berhasil. Riri pun segera bersiap untuk
menyiapkan segala keperluan yang harus dibawa ketika di desa. Sekitar pukul
17.00 Riri menuju masjid tempat berkumpul dan sudah cukup ramai. Untuk Pertama
kalinya Riri memberanikan diri untuk menuju Lampung Timur dengan kendaran
bermotor.
“Ri,
lo pakek motor gua aja” Awan pun menawarkan motornya
“Serius
lo wan?”
“Iya,
cari temen buat nemenin lo”
“Oke
siap”
Akhirnya
Riri mendapatkan partner untuk berangkat yaitu Aulia, yap sosok perempuan
tangguh sekretaris koordinator perlengkapan. Walapun terdiri dari beberapa
karakter tetap menjaga batasan antara laki-laki dan perempuan. Cara bicara pun
juga dalam batasan, begitulah ciri khas fakultas biru muda FMIPA.
17.30
WIB
“Yok
kita berangkat”
“Kak
ini udah mau magrib, kita gak shalat magrib dulu aja?” Usul Aulia
Tak
terasa waktu memang bergulir begitu cepat, 30 menit sudah kita saling menunggu satu
sama lain. Hingga waktu magrib pun tiba dan kami sepakat untuk melaksanakan
shalat magrib terlebih dahulu. Selesai melaksanakan shalat magrib kami kembali
pada kendaraan masing-masing dan bersiap menuju lokasi yang akan ditempuh kurang
lebih 2 jam.
Jalanan
kota Bandar Lampung begitu ramai ditambah gemerlap lampu yang sedikit menyilaukan,
satu persatu kendaraan melintas dengan kecepatan sekitar 40 km/jam. Kecepatan
tersebut dapat dikategorikan terlalu lambat. Aulia yang terbiasa sedikit cepat
sangat tidak sabar dan memutuskan untuk melaju lebih dulu dan berada di
belakang kendaraan kak Bayu (Steering
Committee Expun)
“Assalamualaikum,
Riri ini ibunya Awan sudah sampai mana Ri? jangan lupa shalat ya oiya STNK
motor nya jangan lupa ya”
Pesan
singkat dari nomor wa baru, foto profilnya seorang Ibu paruh baya dengan jilbab
berwarna merah muda.
“Iya
Ibu, terimakasih banyak ya bu” Balas Riri. Motor pinjeman harus dijaga, apalagi
Ibunya udah bersabda ehehhee. Setelah itu Aulia pun menurunkan kembali kecepatan
motornya menjadi 40 km/ jam. Setelah sampai di pasar beruntung kami pun menyadari
rombongan kami terpisah yang semula Aulia dan Riri di posisi tengah kini
menjadi paling terakhir dan dibelakang sudah tidak ada rombongan lagi, akhirnya
Aulia menambah kecepatan untuk mengejar rombongan depan dan menyampaikan kalau
rombongan belakang sepertinya tertinggal jauh.
“Kak
Bayu kak Bayu, yang dibelakang ketinggalan”
“Nah
kok bisa?” Balas kak Bayu sembari menengok ke arah belakang yang sudah tidak
ada orang
“Makanya
jangan ngebut ngebut geh kak” Balas Riri dengan ketusnya
“Ya
allah, dari mana ngebutnya heran deh” Balas kak Bayu tak mau kalah
“Udah-udah,
kita baiknya tungguin dan menghubungi salah satu dari mereka sudah sampai mana”
Akhirnya kak Wahyu angkat bicara dan melerai perdebatan antara Riri, Aulia dan
Kak Bayu.
Perasaan
gelisah itu pun mulai muncul setelah kurang lebih 10 menit menunggu. Apakah
mereka tersesat atau bagimana? Apakah ada motor yang mogok? Masing-masing dari
kami pun merasakan hal yang sama. Mencoba dihubungi via whats App cukup sulit karena terkendala oleh sinyal. Akhirnya Kak
Wahyu memutuskan untuk menelfon salah satu dari mereka. 15 menit kami menunggu
dan total 25 menit dari waktu sebelumnya rombongan belakang pun tiba juga. Perasaan
tenang itupun hadir kembali diantara kita. Alhamdulillah dapat dipertemukan
kembali.
“Kok
bisa terpisah lo dek” Tanya kak Wahyu sembari memastikan tidak ada yang tertinggal
“Ya
gimana lo kak, kakak lo ngebut naik motornya pas dibelokan kita udah gak liat
dan akhirnya terpisah” Jawab mba Lisa
“Tuh
kan kak bener apa yang Riri bilang, kak Bayu ngebut banget”
Akhirnya
kami saling paham dan menurunkan kecepataannya agar tidak ada lagi yang
terpisah. Perjalanan di lanjutkan hingga kurang lebih telah menempuh setengah
jam perjalanan, kami berhenti sejenak di SPBU dikhawatirkan jika bahan bakar
kendaraan habis ditengah jalan. Masing-masing dari kami pun melepas penat
sejenak atau istilahnya meluruskan pinggang padahal baru juga 30 menit hehe.
“Wan,
tadi ibu lo chat gua,” Riri pun memberanikan diri untuk menyampaikan pesan dari
Ibu nya Awan.
“Oalah
iya,” balas Awan dengan nada sedikit mengantuk
“Ri,
tukeran motor si, ini Awan ngantuk, gua gabisa pake motor gak matic” tiba tiba
Ferdi datang
“iya
tukeran aja, enak motor gak matic” balas Aulia dengan semangatnya
“Yaudah
basing lah yang penting nyampe Lampung Timur dengan selamat” balas Riri pada
Aulia dan Ferdi, sementara Awan sudah terlelap dengan mimpinya di belakang
punggung Ferdi
“Wan..
bangun, tukeran motor dulu ini kita” Nada Ferdi sedikit kesal
Akhirnya
Riri dan Aulia menggunakan motor revo biru yang entah punya siapa yang jelas
bukan punya Ferdi ataupun Awan. Perjalananan dilanjutkan melewati perkebunan
karet yang cukup luas tanpa ada penerangan jalan, sedikit takut bagi kami yang
belum pernah melewati jalan tersebut.
“Lampu
sen kanan semuanya dihidupkan” Kak Wahyu memberi arahan kepada semua rombongan
“Buat
apa emangnya” Tanya Riri dengan polosnya pada Aulia
“Ya
buat tanda ri. Biar gak ada yang tertinggal lagi”
“Oh..”
Karena
terbatasnya penerangan dan hanya mengandalkan lampu dari kendaraan, sedikit
sulit bagi kami untuk memilih jalan karena banyak jala yang berlubang dan
terdapat genangan air.
20.55
WIB
Akhirnya
rombongan kami pun sampai di Lampung Timur, dan menginap di rumah Mba Cahya (Sekretaris
Eksekutif BEM). Rombongan kami berjumlah 30 orang yaitu 15 orang laki laki dan
15 orang perempuan. Keluarga Mba Cahya sangatlah baik menyambut kedatangan kami
bahkan hingga menyiapkan makanan yang begitu banyak hehe.
Sembari
melepas penat kami dengan asiknya menceritakan selama perjalanan. Selesai
shalat isya’ kami kembali bercerita tentang perjalanan jauh yang mengesankan,
melewati jalanan terjal melewati gelapnya malam dengan rimbunya dedaunan
ditambah sunyinya suasana yang mencekam. Keluarga mba Cahya dengan antusias
mendengarkan nya. Hingga akhirnya waktu menunjukan pukul 22.00 WIB masing-masing
dari kami bersiap untuk istirahat.
Antara
laki-laki dan perempuan terpisah rumah. laki-laki meginap dirumah paman Mba
Cahya sementara para perempuan dirumah
mba Cahya.
03.00
WIB
ar-raḥmān, 'allamal-qur`ān, khalaqal-insān. Lantunan
ayat –ayat suci Al-quran diperdengarkan, Suaranya merdu memecah keheningan
malam.
“Riri,
bangun geh ayok tahajud”
“Hmm”
Balas riri sembari menarik selimut
“Heh,
ayok bangun” balas Lanwa sembari menarik kaki dan tangan Riri
“Iya-Iya”
balas Riri sembari mengumpulkan niat
Akhirnya
Riri beranjak dari tempat tidur untuk melaksanakan shalat tahajud, dan menemukan siapakah suara merdu yang
menyandungkan bait-bait firman-Nya, Sekretaris Pelaksana duduk di kursi ruang
tamu sembari membaca Al-Quran kesayangan. Masyaallah suara merdu itu berasal
dari sana, terkagum kagum-sudah asik bersama RabbNya.
Selesai
melaksanakan Shalat Tahajud dan Shalat Shubuh kami bersiap untuk memasak
dibantu dengan sang bunda (ibu dari mba Cahya) yang masakan tersebut akan
dijadikan sarapan pagi hari. Kami pun berbagi tugas ada yang menyapu rumah, ada
yang membereskan kamar, ada juga yang mencuci piring. Semua arahan terlaksana
dengan baik.
Seberkas
sinar datang melalui celah celah kaca jendela, semburat warna merah kekuningan
mulai mewarnai kanvas biru muda, dedaunan hijau masi terselimuti embun, dan
semilir angin pagi menyampaikan pesan betapa segar udara di desa ini.
07.00
WIB
“Hayuk
kita siap siap sarapan supaya menuju desa Tambah Dadi tidak terlalu siang” Pesan
siaran itu dikirimkan mba Cahya di grup
Satu
persatu dari mereka berkumpul dirumah mba Cahya untuk sarapan pagi. Betapa
nikmatnya kebersamaan ini tidak ada hal yang bisa menandingi. Bahkan canda tawa
sederhana itupun mampu menjadikan cerita indah hari ini.
08.00
WIB
Selesai
melaksankan sarapan pagi, kami pun bersiap siap untuk melanjutkan perjalanan ke
desa Tambah Dadi yang ditempuh sekitar 30 menit lagi dari rumah mba Cahya.
Eits.. sebelum berangkat satu hal yang sunah tapi seperti wajib
dilaksanakan yaitu shalat dhuha. Betapa beruntungnya merasakanberada di dalam
barisan orang-orang seperti mereka. Sepadat apapun agendanya tetap menjalankan apa
yang sudah menjadi kebiasaan yang tak boleh ditinggalkan.
Perjalanan
Menuju Desa Tambah Dadi
30
menit dalam perjalanan, akhirnya kami pun sampai di Desa Tambah Dadi. Kami
langsung menuju rumah kepala desa, dan ternyata kepala desa tidak sedang
dirumah melainkan sedang di balai desa. Para warga di desa ini sangatlah
antusias menyambut kedatangan kami bahkan jajaran para pamong turut hadir dalam
sosialisasi kegiatan Karya Wisata Ilmiah. Setelah kurang lebih 30 menit
penyampaian maksud dan tujuan kami ke desa ini kami pun membagi tugas satu sama
lain, ada yang menuju SD ada yang menuju rumah warga ada juga yang menuju ke
dinas Pariwisata, Polsek, Puskesmas dan menyiapkan perlengkapan lain sebagainya.
Sebelumnya
kami sudah beberapa kali ke desa Tambah dadi hanya saja tidak seramai ini.
Pembagian tugas pun cukup rata. Riri bersama Mba Ifa (Sekretaris pelaksana) dan
Kak Udin (ketua Pelaksana) menuju SD yang berada dekat dengan balai desa. Kami menyampaikan
maksud dan tujuan serta program program yang akan dilaksanakan.
*
18
Desember 2019
“Peserta
baris sesuai jurusan. Kimia sebelah kanan dilanjut biologi, matematika, fisika
dan ilmu komputer ” suara tegas dan lantang Koodinator Expun sembari membawa pengeras suara yang biasa
digunakan untuk aksi inspirasi (eh bukan gitu maksudnya J)
Tepat
hari ini Rabu, 18 Desember 2019 Kegiata Karya Wisata Ilmiah dilaksanakan
setelah kurang lebih 4 bulan persiapan. Semua divisi melaksanakan tupoksi dan
jobdesc masing-masing. Beberapa panitia wara wiri sembari menyiapkan barang
barang yang harus dibawa. Sebelum berangkat menuju desa Tambah Dadi Lampung
Timur
Karya
Wisata Ilmiah merupakan agenda rutin tahuanan yang dilaksanakan oleh fakultas
MIPA dengan tujuan mengenalkan peserta (mahasiswa baru) untuk mengabdi di desa atau
istilahnya simualsi KKN. Dalam kegiatan Karya Wisata Ilmiah ini banyak
rangkaian acara yang di agendakan. Kegiatan Karya Wisata Ilmiah dilakasanakan 2
kali yaitu indoor dan outdoor. Indoor di berlangsung selama 2 hari sementara
kegiatan outdoor berlangsung selama 5 hari.
Desa
Tambah Dadi menjadi desa terpilih dengan beberapa pertimbangan melihat hasil
survei serta warga desa yang begitu antusias dan mendukung penuh kegiatan Karya
Wisata Ilmiah ini.
“Sebelum
berangkat kita briefing dulu ya” Suara Iyana selaku sekretaris koordinator
acara
Aldi
(Koordinator Expun): “Peserta ada yang telat dan belum mendapat name tag, barisan masih per jurusan ini
mau per jurusan atau per kelompok?”
Angga
(Koordinaotor Kestari) : “Untuk name tag sudah siap barisan per kelompok karena
daftar hadir dibuat perkelompok”
Iyana
(Sekretaris Koordinator Acara) : “Oke
sip sip, gimana divisi perlengkapan, humas, medis, ddd, konsumsi dan fundraising?”
Aulia
(Sekretaris Koordinator Perlengkapan) : Gina na.. mobil bis sudah datang semua
tapi ada kendala kalau jumlah kursi tidak sesuai dengan yang dipesan
“Terus
gimana?” sontak Aldi, Angga dan Iyana mengucapkan kata yang sama secara bersamaan
“Tenang
tenang.. Ahmad lagi menghubungi pihak bis nya untuk menambah bis lagi” Balas
Aulia mencoba menenangkan
“Alhamdulilllah..
semoga dapet ya..” Balas Iyana penuh harap
Yudi
(Koordinator Konsumsi) : “Na.. divisi konsumsi dan fds berangkat duluan ya
soalnya kita harus menyiapkan konsumsi yang ada di desa”
“oke
sip sip, yang lain gimana”
Ferdi
(Koordinator DDD) btw DDD apaan ? Dekorasi, Dokumentasi dan Desain. Oke next “Camera
siap, beberapa anggota sudah berangkat kedesa untuk mendekor panggung acara”
Lanwa
(Sekretaris Koordinattor Medis) : obat obat an sudah siap
Pras
(Koordinator Humas) : “Dekan dan Wakil rekotor sudah sudah dihubungi untuk
menghadiri pembukaan inshaallah beliau semua hadir”
“sip..sip
pastikan semua fokus dengan jobdesc masing masing dan maksimalkan bismillah
semangat” ucap Iyana bersemangat.
Setelah
briefing masing masing divisi fokus menjalankan arahan dan jobdesc yang
diberikan. Beberapa divisi sudah berangkat ke desa. Sebelum berangkat ada
upacara pelepasan yang dihadiri oleh Bapak Suratman M.Sc selaku dekan Fakultas
FMIPA.
“Tempelan
bus udah dibuat belum Ri”
“udah”
balas Riri
“loh
kok gak ada?”
“Lah
tadi udah gua kasih ke anggota lo” balas Riri sembari mencari di sekitar
tumpukan kardus konsumsi
“Tenang
tempelan bus nya udah gua pasang di bus”
Tiba
tiba ahmad datang dan menyampaikan kalau tempela bus sudah ditempel
“Alhamdulillah
sip sip bikin kaget aja emang”
08.00
Semua
peserta bersiap siap untuk memasuki bis. Tetapi ternyata ada dua bis yang belum
datang meski suka di hubungi berkali kali belum juga ada balasan dari pihak
terkait. Panitia mulai cemas bagaimana dengan peserta yag tidak kebagian bis.
Jumlah peserta setalah ditotal berdasarka daftar hadir 477 dan itu lumayan
banyak, sementara bis yang sudah datang baru 7 dengan kapasitas 60 kursi.
“Gimana
bis udah ada kepastian? Atau peserta yang sudah di bis diberangkatkan terlebih
dahulu untuk peserta yang belum dan panitia yang tidak ada kendaraan menunggu
bis selanjutnya gimana?” saran Aldi
“jangan,
peserta semua harus berangkat bareng” balas Santi (Sekretaris Koordinator
Expun)
Bus
Kloter 123 tiba tiba melaju sementara Santi dan Aldi masih berdebat.
“Lah
kok itu bis nya udah berangkat? Kan kita belum ngasih keputusan?”
“waduh
kacau..” balas Aldi dengan nada sedikit marah
Akhirnya
peserta yang sudah menaiki bis diberangkatkan sementara peserta dan panitia
yang belum menaiki bus berbaris dengan rapi sembari menunggu kedatangan bis
selanjutnya. Tak lama kemudian sekitar 30 menit menunggu 2 bis yang dinanti pun
datang.
“Ri..
lo tau jalan nya gak”
“lupa
eheheh”
“yaudah
nanti rombongan lagi aja biar gak ada yang nyasar” balas Angga sembari memakai
helm
Beberapa
panitia menggunakan kendaraan bemotor supaya lebih cepat. Riri sengaja
berangkat bersama Tiwi (panitia medis) karena trauma kalau bersama Aulia cukup
sekali waktu survei aja. Angga melaju lebih dulu di banding Riri dan Tiwi serta
dibelakang ada Lanwa dan Santi.
Kali
ini melewati jalan yang sama saat survei bedanya ini pagi hari dan waktu survei
malam hari. Ternyata perkebunan karet yang luas ini sangat indah ketika pagi.
Embun
di dedaunan sangat bersahabat bersama udara pagi yang kaya akan oksigen.
“Ri..
ini bagus banget jalannya” Ucap Tiwi yang baru pertama kali melewati jalan itu
“iya
ya..”
“Bukanya
lo pernah lewat sini sebelumnya”
‘iya
pernah tapi kan malem heheh”
“oh
iya juga”
Sekitar
2 jam rombongan kami pun sampai di Desa Tambah Dadi. Sesampainya disana ternyata
ada satu bis yang sudah sampai. Panggung
dan tarub sudah berdiri ditambah kursi kursi yang sudah berjejer rapi dekorasi
diatas panggung sangat menarik tulisan KWI yang terbuat dari triplek berwarna
hijau dan ukiran menambah nilai estetika dari kegiatan ini.
“Ada
bis yang nyasar” ucap salah satu panitia tergesa gesa
“nah
kok bisa?”
“iya
soalnya sopir sama panitia yang ada di dalem bus gak tau jalan nya”
“waduh..
padahal tadi udah ada arahan kalau panitia yang di dalem bis harus tau jalan”
balas Aldi
Akhirnya
beberapa panitia di bagi fokus ada yang mempersiapkan segala keperluan di desa
dan ada juga yang menyusul bis. Sekitar pukul 12.30 seluruh bis dan peserta
telah sampai di pusat acara. Peserta dan panitia diarahkan untuk melaksanakan
shalat dhuhur terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan upacara pembukaan.
Upacara
pembukaan di hadiri oleh beberapa aparat desa, kepala desa, dinas pariwisata,
dekan, polsek, dan beberapa tamu undangan lainya. Cuaca yang cukup terik tak
mengalahkan semangat peserta Karya Wisata Ilmiah dengan dress code almammater
kebanggaan hijau tua, name tag dan slayer berwana jingga.
“Hidup
Mahasiswa” suara tegas dan lantang Kak Rey selaku Gubernur FMIPA
“Hidup
Mahasiswa” Balas peserta tak kalah
semangatnya
“Mahasiswa
memiliki peran sebagai Agent of Change dan Social Control yang artinya adalah
perubahan menuju kearah yang lebih baik dan memberikan manfaat serta menjadi
pengontrol untuk dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat disekitarnya”
Beberapa patah kata dikutip dari sambutan yang disampaikan oleh Kak Rey.
Selain
sambutan Gubernur, Sambutan ketua pelakasana tak kalah menginspirai juga
“Tujuan
diadakannya Karya Wisata Ilmiah ini guna menjadikan media belajar bagi mahasiwa, khususnya mahasiswa baru FMIPA serta mahasiwa dapat
mengimplementasikan ilmu yang di dapat
menjadi sebuah karya yang bermanfaat bagi masyarakat”
Ya
benar seperti yang beliau katakan peran mahasiswa sangatlah penting. Mahasiswa
yang sebelumnya hanya terfokus tugas laporan dan mendengarkan materi di bangku
perkuliahan dapat di aplikasikan secara nyata melalui kegiatan Karya Wisata
Ilmiah.
_
Dibalik
Acara Pembukaan
Dani
(Koordinator Acara) : “sofa udah minjem belum?”
Ahmad
(Koordinator Perlengkapan) : “udah tapi kurang.., dari divisi humas katanya
tamu undangan sekian tapi ternyata yang hadir lebih
Pras
(Koordinator Humas) : iya ternyata banyak yang hadir weh..
“yaudah
kita cari solusinya, gimana kalau minjem ke tempat warga lagi” balas Dani
“Daftar
hadir udah dibuat kan?” iyana mencoba memastikan
“Udah
siap” balas Riri sembari memberi isyarat OK
“peserta
ada yang sakit, gua sama anggota urusin yang sakit dulu ya”
“HT
jangan lupa dicharger kalau pas lagi gak dipake”
“oke
oke”
“Dokumentasi
gimana? Aman?” tambah Iyana memastikan
“ada
yang bisa bantu back up gak? Soalnya beberapa panitia masih di Bandar Lampung
ada yang UAS”
“hem..
oke oke kita bagi masa, anggota divisi yang sekiranya bisa dokumentai diarahkan
ke DDD ya”
“sip
sip..”
Dibalik
persiapan upacara pembukaan ternyata juga ada kegupekan dibelakang. Belum lagi
masalah konsumsi yang harus diangkut dari rumah kepala desa menuju balai
beruntungnya kakak kakak pimpinan BEM sangat memback up panitia sehingga semua
arahan dan jobdesc terlaksana dengan baik.
“Ri..
Mba Ifa kecelakaan”
“Innalillahi..
ya Allah dimana?”
“ini
katanya si di RS Mardi Waluyo”
Sontak
pesan singkat yang dikirimkan dari salah satu panitia membuat Riri khawatir dan
perasaan tak karuan begitupun dengan yang lain. Mba Ifa (Sekretaris Pelaksana)
kebetulan tidak bersama bis atau rombongan pagi dikarenakan sedang ada UAS
sehingga ia memutuskan untuk berangkat siang bersama salah satu partner dari
medis.
Riri
dan Iyana mencoba menghubungi mba Ifa. Tak juga ada balasan
“Kok
aku deg deg an ya” suara Riri terbata
bata
“Istighfar
ri., doakan semoga mba Ifa baik baik aja”
“iya
aamiin”
Selesai
upacara pembukaan peserta di arahkan menuju rumah warga untuk beristirahat
serta beramah-tamah didampingi kakak asuh dan kegiatan selanjutnya dilaksanakan
pukul 19.00
“Mba
udah denger mba Ifa kecelakaan?”
“udah
dek, di rawat di Rs Mardi Waluyo” balas mba Mia (Bendahara Pelaksana)
“kita
doakan sama sama ya semoga lekas membaik”
“Iya
dek”
16.00
WIB
Hujan
turun membasahi bumi lagi-lagi ia merindukannya saat ini, membasahi lapangan
Tambah Dadi membasahi atap balai saat kami berdiskusi
“Aduh
malah hujan, nanti malem kan ada dialog publik”
“Iya
nih kok malah hujan”
“Tidak
boleh menyalahkan hujan, Hujan itu rahmat dan membawa keberkahan”
“hmm
iyadeh”
Tak
terlalu jelas siapa yang sedang berbicara tapi Riri mendengarnya. Mungkin di
hati setiap panitia mengalami kekhawatiran yang sama. Kok hujan? nanti gimana?
sudahlah baik baik mari berfikir baik pasti ada jalan keluarnya.
“Assalamualaikum
Riri.. maaf nih ibu mau tanya Awan sudah sampai di desa belum ya, soalnya di
hubungi tidak bisa”
Pesan
singkat itu, ya baru ingat kalau rombongan dari jurusan Ilmu Komputer belum
juga sampai
“wan..
kok lo belum nyampe?”
“ini
temen ada yang kecelakaan tolong ampaikan ke yang lain nya kita masih di Metro”
“innalillahi
siapa yang kecelakaan lagi?”
“Jijal
sama Mamad”
Informasi
terbaru, Riri pun segera meyampaikan kepada bebrapa panitia . ternyata mereka
sudah tau lebih dulu. Innalillahi hari ini banyak pelajaraan yang di ambil. 4
panitia mengalami kecelakaan. Dari sini kita belajar lebih berhati hati dalam
perjalanan. Kondisi Jijal dan Mamad lumayan banyak luka di pergelangan tangan
dan kaki.
Doa
terus dipanjatkan meminta kepada Rabb nya agar selalu diberikan kemudahan dan
kelancaran. Segala sesuatu boleh kita rencanakan tapi Dia lah yang Maha
Menentukan. Sedikit demi sedikit debit air yang turun dari langit mulai
berkurang. Semilir angin mulai menggeser mendung hitam.
“Alhamdulillah
hujannya reda” ucap Iyana sembari memandang langit rasa syukur yang begitu
besar
“iya
Alhamdulilah na..”
Hujan
sedikit reda beberapa panitia yang berada di balai segera menuju rumah. Rumah
yang dimaksud adalah rumah warga yang sudah di pilih untuk ditempati setiap
divisi. Setiap divisi pun sama halnya dengan peserta tetap melaksanakan ramah
tamah dan mengenal lebih dekat dengan tuan rumah.
19.00 WIB
Kegiatan
Dialog public merupakan diskusi antara warga dan mahaiswa. Kegiatan tersebut
mengundang Kepala Desa dan Ketua Karang Taruna. Peserta sangat antusias
mendengarkannya mungkin ada beberapa peserta
yang mulai mengantuk tapi dengan sigap expun beraksi
“dek
jangan ngantuk diperhatiin ya” suara tenang tapi tegas khas Santi
“iya
kak” balaa peserta sembari mebenarkan sikap duduk nya
Kegiatan
malam ini setidaknya tidak terlalu gupek dari acara pembukaan siang tadi.
Perlengkapan
: Semua siap semua oke
Konsumi
& FDS : Bingkisan pemateri siap, Oiya panitia yang belum makan nanti
tinggal ambil ke tempat konsumi ya
Humas
: pemateri dan tamu undangan beres
Medis
: Alhamdulillah gak ada yang sakit
DDD:
Dokumentasi siap, beberapa aggota lagi desain dirumah
Acara:
Oiya minta tolong untuk kestari siapain plakat ya
Expun
: Peserta banyak yang ngantuk,tapi sudah teratasi
Kestari
:plakat? Kok dadakan? Eh maaf , oke siap
Eperti
perjanjian awal apapun kondisinya tak boleh saling menyalahkan tapi saling
mencari solusi.
“ngga,
ini beneran kita buat palakat untuk malam ini?”
“iya
dari acara nyampein”
“tapi
kita kan gak ada desainya dan laptop yang bisa edit” balas Riri
Sedikit
bingung dengan permasalahan kali ini. Laptop yang ada dibalai tidak ada yang
bisa digunakan untuk mengedit. Sebelumnya Riri mengandalkan Awan untuk masalah
edit tapi awan belum juga datang.
“Kak..
ada laptop” Angga mencoba mencari bantuan
“iya
ada, tapi dirumah, gimana ada yang bisa di bantu?” balas Kak Bayu
“iya
nih kak kita butuh laptop dan orang yang bisa edit plakat karena Awan belum
datang kak”
“yaudah
inshallah kakak bia tapi kakak ambil dulu kerumah ya”
“jangan
lama lama kak”
“oke
siap”
Sekitar
15 menit berlalu Kak Bayu belum juga balik kebalai. Sementara 30 menit lagi
acara usai dan plakat harus sudah selesai. Tenang- tenang jangan gupek, pasti
selesai
“Ri,
plakat gimana?” suara Tian dari balik pintu luar
“Kak
Bayu masih ambil laptop”
Akhirnya
Kak Bayu datang dengan sigap membuka aplikasi yang dapat mengedit nama dan tema
acara. Secepat kilat beliau mengedit plakat sampai sampai diubah dalam bentuk
word supaya untuk selanjutnya Riri bisa mengedit sendiri.
“ri..
gimana udah di print plakat nya? bentar lagi nih” tian menanyakan kembali
“oke
oke sabar ya,, duh printernya macet”
“waduh..
gimana nih solusinya”Angga berfikir mencari cara
“gini
aja, Tian bawa bingkisannya aja dulu, untuk plakat menyusul gimana?”
“okedeh”
Riri
mencoba menenangkan Cica, Cica adalah nama printer Riri. Entah apa yang membuat
Cica selalu macet ketika Riri gupek.
“Cica
jangan nakal, hayuk jangan macet ya..” suara Riri pelan embari menepuk nepuk
printer
Kak
Bayu sangat heran sembari menahan tawa. Akhirya Printer Riri dapat berfungsi
lagi Alhamdulillah dengan senang Riri mencoba mengeprint kertas plakat dan
memasukannya kedalam bingkai.
“Dah
beres, nih ngga kasih tian untuk segera di antarkan ke panggung”
“oke”
2
langkah Angga berjalan Tian pun datang dan menyampaikan kalau acaranya sudah
selesai
“yah
telat dong” jawab Angga sedikit kecewa
“udah
gak papa, nanti kita antar aja plakatnya” balas Tian mencoba menenangkan
Jadi
bahan evaluasi nih : kurang gercep kerja nya
22.000 WIB
“Habis
acara jangan lupa evaluasi dan merapat ke balai”. Suara tegas dari sang ketua
pelaksana kembali terdengar. Semua divisi mulai merapat kebalai dan menyiapkan
hasil evaluasinya. Evaluasi hari ini cukup banyak serta point point penting
kesalahan bisa dijadikan sebagai bahan perbaikan kedepannya.
Malam
kian larut hingga pukul 23.30
“Yang
di sebelah pojok kanan push up 2x”
Tiba
tiba kak Rey menunjuk salah satu panita yang mulai mengantuk di pojok sebelah
kanan.
“yang
ngantuk bisa push up 2x untuk laki laki
dan banding 2x untuk yang perempuan” tambah kak Rey menjelaskan.
Semua
panitia pun kembali fokus dengan penyampaian masing masing divisi.
“Hari
ini lumayan banyak ya evaluasinya, dan harapannya kesalahan kesalahan yang
sudah terjadi tidak terulang kembali. Setiap panitia disini punya peran jangan
sampai diri kita gapunya PJ ayok semangat” Tambahan dari Mba Cahya sebagai
penutup rapat evaluasi.
00.01
akhirnya evaluasi kegiatan selesai.
“ri,
Barakallah fii umrik..” salah satu anggota Riri memeluk Riri dan mengucapkan
selamat
Ditambah
beberapa panitia yang mendengar nya pun mengucapkan selamat. Ya tepat hari ini
Riri bertambah usia menjadi 20 tahun. Kali ini benar benar moment langka
suasana 00.00 saat eval menjadi kenangan tak terlupakan. Setelah beberapa teman
teman Riri mengucapkan selamat dan memeluk Riri, akhirnya Riri dan anggota
memutuskan untuk pulang beristirahat, karena pukul 05.00 harus sudah berada
dibalai lagi untuk melaksanakan briefing.
“eh
ini martabak siapa, dibiarin disini?” Tanya Riri sembari membawa sepotong
martabak messes yang berada di dekat pintu
“gatau,
kayaknya punya Tian geh”
“Tian
ini martabak lo bukan” Riri memberanikan diri memanggil Tian di sebrang pintu
luar
“iya,,
eh makan aja daripada mubazir anggep aja kue ulang tahun”
“hah?
yaudah makasi”
“iya”
Mendapat
sepotong martabak messes warna warni malam itu menjadi energy lebih kebetulan pas
lagi laper lapernya (maaf). Dan bersiap untuk istirahat kerumah walaupun cuman
sebentar dan beberapa jam.
01.00 WIB
Setelah
selesai rapat evaluasi beberapa panitia pulang kerumah. Tetapi dibalik itu juga
ada panitia yang bertugas patroli keliling memastikan keamanan desa dan
peserta. Expun dan HK merupakan panitia yang memiliki jobdesc tersebut, wajar
saja kalau panitia tersebut di dominasi oleh kaum laki laki.
“cek
cek perempatan sebelah tugu kuda udah ada yang patrolii belum” suara Aldi
mengguakan Handy talky
“belum,
yaudah gua kesana ya” balas Aziz salah satu anggota expun
Aziz
pun segera menuju tempat yang sudah diarahkan oleh Aldi. Selain Expun dan HK
ada juga panitia yang harus selalu siap yaitu medis. Jarak Rumah Medis dan
pusat acara tidak terlalu jauh supaya ketika ada yang membutuhkan bisa cepat
teratasi
“medis tolong kerumah nomor 40 ada peserta
yang sakit” suara Aziz yang teramat jelas melalui HT menghubungi salah satu
panitia medis
“siap
86” balas Adin (Koordinator Medis)
*
Rumah
berdinding putih dengan jendela biru muda tidak terlalu besar ataupun kecil
juga jam dinding yang menunjukan pukul satu lewat dua puluh dua menjadi saksi
briefing panitia acara. (duh malah
puisi)
Panitia
acara melanjutkan briefing untuk kegiatan esok harinya sembari menikmati makan
malam dari konsumsi yang sharusnya dimakan sejak magrib. Pembahasan lumayan
banyak terlebih point evaluasi hari pertama menjadi PR besar untuk kedepanya.
Acara hari kedua yaitu microteaching, pengabdian dosen dan pembelajaran di TPA.
Tiga agenda tersebut merupakan agenda penting sehingga perlu adanya pembagian
pj di setaip agenda.
“pembagian
pj sudah semua, dan besok bisa dimaksimalkan sesuai pj masing masing ya”
Ucap
Dani sembari menutup briefing kepada seluruh anggota acara
“Sudah
pukul 02.40 setelah ini bisa istirahat dan semoga besok acaranya berjalan lancar Bismillah” Iyana menambahkan
dengan penuh semangat
05.00 WIB
Setelah
melaksankan shalat shubuh briefing pagi dilaksnakan tepat pukul 05.00 WIB di balai
dan dilanjutkan dengan persiapan acara. Dengan waktu yang singkat bagaimana bisa
panitia menjalankan semuanya? tentu bisa dong, Ya dengan adanya hal tersebut
memacu diri untuk terbiasa melakukan sesuatu dengan cepat dan tepat. Pembagian
jobdesc pun merata sehingga dapat bergerak dengan selaras.
Seperti
biasa ketua dari masing masing kelompok berkumpul dibalai pukul 06.00 untuk
melasanakan briefing dengan panitia serta arahan lainya. Pagi masih berkabut
embun masih berselimut tapi semangat mereka seperti matahari bersinar yang tak
nyumput nyumput.
Kegiatan
microteaching merupakan salah satu bentuk model praktik kependidikan atau
pelatihan mengajar. Kegiatan ini dilakasankan di dua Sekolah Dasar SDN 1 dan
SDN 3. Adik- adik kelas 1 sampai kelas 6 sangat senang belajar bersama kakak
kakak peserta Kegiatan Karya Wisata Ilmiah karena model pembelajaran yang
diterapkan menggunakan metode outdoor,
belajar diluar ruangan dan diringi dengan beberapa jenis permainan
tradisional sehingga proses belajar
tidak terkesan membosankan.
“hayuk
lari hayuk lari…”
“sini
sini buru sini”
Teriakan
semangat permainan kucing kucingan sangat membuat mereka tertawa lepas begitupun
dengan peserta yang mengikuti kegiatan microteaching. Selain kegiatan
microteaching dilaksanakan juga kegiatan pengabdian dosen dengan target sasaran
para warga yang dilaksanakan di balai.
“na..
dosen dari fisika belum dateng, gimana ya” Sari mulai khawatir
“warga
udah pada dateng ya?”
“iya..
soalnya materi dari dosen fisika itu jam pertama baru dilanjut dari dosen
biologi”
“kalau
di lukir dosen biologi duluan gimana?” Iyana mencoba mencari solusi
“masalahnya
dosen biologi juga belum dateng”
Tak
ingin mengecewakan warga yang sudah datang tapi kendala teknis terjadi lagi. Akhirnya moderator pun
menghibur para warga terlebih dahulu agar tak bosan.
“Na,
dosen biologi udah dateng”
“Alhamdulillah
sip sip berati dilukir aja ya biologi duluan baru setelahnya dari dosen fisika
sampaikan kepada para warga”
“oke
siap”
Kegiatan
microteaching dan pngabdian dosen berjalan dengan lancar meski terdapat
beberapa kendala, semuanya dapat teratasi dengan baik begitupun dengan kegiatan
tabligh akbar warga yang hadir bahkan sangat ramai.
20
Desember 2019
Hari
ini adalah hari ketiga kegiatan Karya Wisata Ilmiah yang tak kalah padatnya
dengan hari kemarin. Setelah
melaksanakan briefing pagi seperti biasa masing masing panitia menjalankan
jobdesc sesuai dengan arahan. Adapun rangkaian kegiatan hari ini adalah :
1. Kerja
bakti,
2. Microteaching
3. pelatihan
pembuatan pakan ikan
4. Lomba
anak anak
5. Pembuatan
sabun cair
6. Lomba
kreasi masak ibu-ibu
7. Pembelajaran
TPA
8. Nonton
bareng
Waw,
kaget gini setelah melihat rundown acara yang begitu padat, tapi jurus andalan
dengan sigap semua panitia memiliki peran saling menguatkan dan bersama sama
menjalankan secara maksimal. Panitia acara dibagi beberapa pj ada yang fokus di bagian kerja bakti ada yang di
microteaching dan ada yang di pelatihan pembuatan pakan ikan. Kegiatan Kerja bakti dilaksanakan di sekitar
balai desa dan rumah warga. Canda Tawa peserta dan warga sangatlah hangat
sehangat mentari pagi yang mulai menampakan sinarnya.
“ngeneki nak nyekel arit” (begini kalau
memegang sabit) ucap salah satu warga kepada peserta kegiatan sembari
mempraktikan cara memegang yang benar
“oh
iya pak” jawab peserta sembari tersenyum renyah
Begitulah
keseruan yang dirasakan mendapat pelajaran berharga dari bapak bapak warga
desa, karena pada daarnya setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah
sekolah. Tidak malu untuk belajar dengan siapapun tidak malu mencari ilmu
dimanapun. Selain kegiatan Kerja bakti
kegiatan microteaching masih dilaksankan dan perwakilan peserta tetap menjadi
agen kebaikan di kegiatan tersebut
“Ri..
datar hadir kegiatan microteaching untuk hari ini udah”
“oh
iya belum, sory sory.. ntar diantar kesana ya”
Peran
penting dalam sebuah kepanitiaan adalah saling mengingatkan satu sama lain.
Sehingga tidak ada lagi yang namana miss komunikasi ya meskipun masih sering
terjadi
“kak,
Tadi kakak kemana? yang ngasihin plakat pelatihan pakan ikan jadinya Angga”
“maaf
kakak ketiduran” balas Kak Udin melalui via Whats App
“hmm..”
Ketua
pelaksana di cariin gak ada ternyata ketiduran. Beruntungya untuk pemberian
plakat dapat di diwakilkan. Selesai percakapan singkat dengan ketua pelaksana
via whats app Riri memutuskan untuk
kembali pulang kerumah karena hari ini adalah hari jum’at dan muslim laki laki melaksanakan
shalat jum’at. Setibanya dirumah Riri pun segera makan bersama beberapa
anggota, dan melaksanakan shalat duhur. Gerak hari ini harus dipercepat karena
jam 13.00 WIB harus sudah berada di pusat acara dilanjut dengan kegiatan lomba anak
anak dan pelatihan pembuatan sabun
“Ri,
ayok buruan mau bareng gak?”
“mau, tungguin” balas Riri sembari mengenakan kaos
kaki
“ri,
coba hubungi Angga ya, dia udah balik ke pusat acara atau belum”
“oke”
sembari mencari ponsel di tas kecil berwarana merah muda yang selalu dibawa nya
“gimana
udah dihubungi Ri”
“loh,
HP ku kok gak ada ya”
“nah
dimana? Coba dicari yang bener, atau ketinggalan dirumah”
“yaudahlah
nanti aja, kita ke pusat acara dulu. Daftar hadir peserta harus disiapkan”
Riri
memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan ke pusat acara, untuk menyiapkan
daftar hadir dan lain sebagainya. Kertas-kerta daftar hadir semakin berserakan
di ruangan, Ruang berdiding putih berukuran 4x4 seolah menjadi saksi betapa
seru nya pekerjaan ini, tak banyak yang bisa dijelaskan hanya saja mereka bisa
memahami.
Pelatihan
pembuatan sabun dilakasankan di pusat acara dengan menghadirkan dosen kimia
yang ahli di bidang pembuatan sabun. Sabun ini dapat dimanfaatkan oleh
masayarakat seperti sabun yang dijual
dipasaran bahkan untuk kualitas dan aroma nya tak kalah dengan merk ternama.
Para warga sangat antusias memperhatikan teknis dan cara pembuatannya. Adapun
bahan dan alat yang digunakan cukup sederhana serta hemat biaya
“dari
tadi di hubungin susah banget kemana aja” Suara tegas ketua pelaksana mulai
muncul kepermukaan
“hape
ku gak tau kemana, dari tadi dicari gak ada”
“coba
dicari dulu”
“kak
coba dicari lewat gmail” celetuk suara Adin dari sebrang ruangan”
Beberapa
orang di ruangan itu membantu mencari keberadaan ponsel Riri dengan bantuan
Gmail.
“kayaknya
ponsel mu dirumah geh, soalnya di maps ini arah ke rumah. Tapi ini belum akurat
si”
Riri
pun segera menuju rumah untuk mencari kembali ponsel yang hilang. Kurang lebih
30 menit Riri mencari di setiap sudut ruangan, mencari di atas tumpukan tas,
dan tempat tempat yang dilewati Riri. Sampai akhirnya waktu menujukan pukul
15.30
“Irda,
ikut aku yuk..” Ucap Riri setelah melaksanakan shalat Asar
“kemana?”
“cari
hp aku yang hilang, kita minjam motor Ahmad”
“oke
oke yok,”
Riri
dan Irda mengikuti arah maps yang ditunjukan oleh akun gmail. Sengaja Riri
meminjam motor Ahmad untuk mencari ponsel tersebut.
“Ri,mau
kemana?” tanya Tian dari sebrang
“cari
hape aku..”
“aku
ikut..”
“oke
baiklah..”
Riri,
Irda, Tian dan Anwar menuju lokasi. Se sampainya di dusun 4 kami bertmu dengan
salah satu pamong dusun, kami menceritkan apa yang sebenarnya terjadi dan arah
maps pada akun gmail tersebut mengarah ke daerah ini. Tapi jujur kami tidak tau
tepat lokasi nya dimana sehingga kami bermaksud meminta arahan dari pamong
tersebut
“lah
kok bisa di daerah sana ya?” tanya bapak Madyanuri selaku pamong dusun
“memangnya
itu daerah mana ya pak?”
“ya
itu sudah memasuki kawasan perkebunan dan ladang”
“berarti
disana sudah tidak ada penduduknya dong pak’ balas Tian
“ya
gak ada, apa mau coba kita cari kesana”
“walah
makasi banyak lo pak..” balas Riri dengan semangat
Mengikuti
jalan setapak, menyusuri rerumputan hijau terhampar, Lembayung senja pun begitu
bersahabat. Suasana sore itu seolah
menggambarkan tidak terjadi apa apa, percaya dan yakin hal ini akan baik baik
saja. Kendaraan bermotor kami pun kami tinggal di pinggir jalan. Riri berjalan lebih dulu dibandingkan Irda
dan Tian, sementara Anwar bertugas menjaga motor yang kami titipkan.
Mengikuti
arah semakin dekat yang ditunjukan oleh Maps, Tian mencoba menelvon melalui
akun whats app sementara Irda dan Riri mengikuti langkah Tian dibelakang.
Anehnya ponsel Riri di akun whats app berdering tetapi tidak terdengar suara
sedikitpun padahal hp Riri tidak pernah di silent. Sekitar 20 menit terus mencari
Riri merasa sedikit lelah dimana cuaca sore itu masih sangat terik. Riri
memutuskan untuk duduk sejenak di antara galengan sementara Irda masih terus
mencari kearah selatan mendekat kea rah hilir sungai.
“udah
jangan sedih, mungkin kejadian ini bisa jadi pembelajaran untuk kita. Dan
digantikan dengan yang lebih baik” Ucap Tian mencoba menghibur Riri sembari
menggerakan sebelah alis kanan nya.
Riri
pun memerhatikan sepatu mereka dan menyadari kaki mereka terlalu dekat. Riri pun
segera berdiri berpindah tempat dari samping Tian. Irda dan Tian tersenyum
mencoba menguatkan sekali lagi.
“Ri,
sini geh”
“iya
da, gimana ?” balas Riri
“aku
bingung ini udah di titik nya, kalau aku geser ke kanan menjauh kalau aku geser
ke kiri juga menjauh, tapi disini gak ada hp nya”
“oalah..
yaudah deh kalau emang gak ada. Sebentar lagi juga mau magrib kita harus
kembali ke pusat acara”
“kamu
beneran ikhlas?”
“iya
inshaallah”
Riri,
Irda, dan Tian memutuskan untuk kembali ke pusat acara karena dirasa pencarian
mereka sudah maksimal meski hasilnya tidak ditemukan.
“mataharinya
bagus, coba liat geh” ucap Tian sembari menunjuk kearah matahari berwarna
kuning jingga yang perlahan mulai tenggelam
Perjalanan
pulang Irda berjalan lebih dulu dari Tian dan Riri sementara Tian usil
mengaambil setiap alang alang yang tumbuh disekitar jalan setapak. Sesampainya
di pusat acara Tian segera mengembalikan motor Ahmad dan meletakkannya di
tempat parkir
“maksud
lo apa..?” Ahmad langsung mengahampiri Tian dengan nada yang sangat kasar
“ada
apa?” Balas Tian bingung
“lo
minjem motor gua tanpa ngasih kabar ke gua, dan lo dihubungin dari tadi gak
bisa, motor ini penting banget bagi gua. Lo tau gua keteteran tadi ngurusin
acara. Mikir woyy”
“udah
udah” balas Aulia mencoba melerai
Tian
pun spontan memeluk Ahmad dan mencoba menenangkannya.
“Ahmad,
maaf ya gara gara Riri lo jadi keteteran ngurusin acara disini. Maaf kalau Tian
gak kasih kabar kalau minjem motor lo karena Tian tadi hapenya lowbat. Sebelumnya
kan gua udah bilang kalau pinjem motor lo buat cari hape gua yang hilang”
“ya
harusnya lo mikir jam berapa ini? Udah tau sore belum juga dibalikin. Fikiran
gua udah kemana mana. Mana kontak motor ditinggal gua khawatir Ri..” nada
membentak
“udah-udah,
gak ada ada yang salah kok disini.. udah ya” Aulia sekali lagi mencoba
menenangkan Riri dan Ahmad
Tangis
Riri pun tak terbendung lagi, saat itu juga Riri menangis di depan Tian dan
Ahmad.
“ya
kan gua udah bilang kalau minjem motor buat cari hape gak bakalan sebentar.
Hape gua ilang gangerti banget sih” balas Riri sembari mengusap air matanya yang
semakin deras
“waduh
dua duanya malah jadi nangis gimana ini?” Aulia bingung
Riri
pergi meninggalkan Tian, Ahmad dan Aulia. Ia berlari menuju balai untuk menahan
air matanya. Di ruang 4x4 berdinding putih Riri mencoba menghentikan tangisnya
“dek
yang sabar ya.. dah jangan nangis lagi” ucap mba Mia sembari memeluk Riri.
“iya
mba..”
“Mungkin
tadi Ahmad lagi emosi aja, Riri jangan nangis ya”
Riri
megusap air matanya, mencoba paham dengan kejadian sebelumnya.
“Allahuakbar-
Allahuakbar” suara adzan magrib berkumandang
“dah
yok kita shalat dulu biar tenang” mba Mia kembali menenangkan sembari
menggeggam tangan Riri untuk segera beranjak melaksanakan shalat magrib.
“gua
minta maaf ya mad”
“gua
yang seharusnya minta maaf, gak seharusnya tadi gua ngebentak lo.. bener kata
Tian gua yang terlalu emosi dan gak mahamin keadaan lo”
“yaudah
kita sama sama maaf an ya”
‘yey..
akhirnya baikan” balas Tian tersenyum renyah
*
Lomba
kreasi masak ibu-ibu dilaksanakan dirumah masing masing dengan bahan dasar
berupa tempe. Setiap kelompok memiliki kreasi yang bermacam macam bahkan ada
yang sangat unik. Tak disangka salah satu kegiatan ini sangat di apresiasi oleh
Ibu Ibu PKK yang memiliki peran penting di desa tersebut. Kegiatan ini
dilaksankan bertujuan untuk meningkatkan keakraban peserta dengan tuan rumah
serta rasa kekeluargaan masing masing kelompok. Hasil dari lomba kreasi masak
sebagian diserahkan panitia dan sebagian nya lagi untuk masing masing kelompok.
“Gila
ini makanan banyak banget” ucap Aziz dengan mata berbinar binar
“kalau
mau ya makan aja” balas Novi salah satu paniti acara
“weh,
gua juga mau.. ini di bagi rata untuk panitia atau digasak aja” Rafa tak mau
kalah
“gasak
aja weh” balas Rendi (manusia paling gercep kalau ada makanan)
Dasar
panitia, giliran ada makanan aja langsung diserbu. Entah atas izin rendi atau
siapa yang jelas makanan itu ludes dalam sekejap tempe yang biasa dikatakan
makanan sederhana saat itu berubah menjadi sangat istimewa. Tangan tangan
kreatif peserta dan Ibu Ibu yang handal dalam mengolah makanan menjadi luar
biasa.
Kegiatan
dilanjutkan pukul 19.00 dengan agenda nonton bareng
Setelah
melaksankan shalat magrib seluruh koordinor berkumpul kembali di pusat acara dan
melaksanakan briefing. Moment paling menyenangkan adalah ketika ada divisi yang
mulai gupek eh sory sory maksudnya ketika ada divisi yang sudah siap.
Kak
udin (ketua Pelaksana) : “cek cek.. acara gimana film udah siap?”
Dani
: “siap boss”
Ahmad
: “kak, Lcd kemarin ditarok mana , kok cuman satu?”
Kak
Udin : “waduh la dimana”
Ferdi
: “operator film siap”
Yudi
: “konsumsi tamu undangan siap, yang
belum makan cepet kerumah konsumsi nanti gak kebagian”
Angga:
“kak butuh daftar hadir enggak”
Kak
Udin: “daftar hadir perlu, LCD kayaknya satu aja cukup banner backdrop buat
layar jangan lupa, yang belum makan makan dulu”
Pras
: “tukang parkir siap dan keamanan ” sembari tersenyum renyah
Aldi:
“peserta dan warga dalam perjalanan menuju pusat acara”
Ahmad
: “oke kak, LCD berate satu aja, selain itu ada lagi gak yang dibutuhin?”
Dani
: “udah kok,”
Setelah
selesai briefing, semua coordinator menyampaikan ke anggota untuk segera
menjalankan jobdesc.
20.00
“udah
jam segini kok belum mulai kenapa?” Tanya Kak Rey kepada salah satu panitia DDD
“Laptopnya
gak kenak kak” Ucap Ferdi menjelaskan
“buru
ganti laptop, pakai punya siapa dulu gitu”
“duh
ga ada laptop lagi”
“apanya
yang gak kenak, tadi kena kok” balas Vando pemilik laptop
“yaudah
coba di cek lagi van, barangkali kamu yang megang bisa”
Sementara
para warga sudah mulai ramai dipusat acara. Anak anak berusia sekitar 10 tahun
sudah tak sabar menunggu film yang akan di putar. Sekitar 5 menit vando
megoperasikan laptop miliknya hingga akhirnya film pun berhasil diputar. Yo Wes
Ben merupakan film yang dipilih alasan memilih film ini adalah cocok disemua
kalangan baik anak muda dewasa bahkan juga anak anak karena di dominasi oleh
bahasa jawa yang khas. Tarub berukuran…
dipenuhi warga dan peserta, bahkan sampai menyediakan banner yang berukuran
cukup lebar untuk warga yang baru datang.
Riri,
Santi, Kak udin, Mba Mia, Mba Chika dan Hesa duduk di sekitaran tempat parker
sembari menunggu motor motor warga.
“
Ri, ini namanya Handdy Talky, dari sini kamu bisa denger suara, terus ada
tombolnya juga terus kamu bisa ngobrol pakek ini caranya gini nih” sambil
mempraktikan cara penggunaannya ditambah senyum nya mengejek seolah-olah Riri
tidak tau menau soal HT
“kak
Riri juga tau itu namanya HT” balas Riri sedikit kesal
“Dasar Udin, ya keles Riri gatau HT ” balas
Mba Chika yang kebetulan disamping Riri juga
“Ya
barangkali HT bisa gantiin hape dia yang hilang kan ” balas Kak Udin tak mau
kalah
Selesai
perdebatan masalah HT. kegiatan nonton bareng warga pun selesai. Sekitar pukul
22.00 seperti biasa dilaksankan rapat evaluasi serta pembahasan untuk kegiatan
keesokan harinya.
“Na..
Rute untuk jalan sehat mana? Tanya Santi sembari membawa secarik kertas denah
desa
“oh
iya itu mau dirapatin lagi malem ini” balas Iyana
“jangan
lupa bagi fitbar” Tian mencoba mengingatkan
“nah
iya kira kira bagi fitbar nya diamana ya” Yudi pun menyahut dari balik Tian
“udah
di awal aja pas mau berangkat” Santi memberi saran
“lah
kalau pas mau berangkat warga desa dan peserta yang udah dapet fitbar bisa aja
kabur kan” balas yudi
“hmm
iya juga, apa pas di perempatan deket pusat acara ya?” Tian mencoba memberikan
solusi
Malam
kian larut pembahasan rute jalan sehat belum juga ditemukan, ditambah pembagian
fitbar dan pengumpulan kupon, sementara estimasi waktu juga perlu
dipertimbangkan supaya tidak ngaret. Jam
00.00 briefing pun masih dilanjut konsep untuk kegiatan hari ke empat harus
benar benar lebih maksimal dari hari sebelumnya.
“besok
kan ada formasi KWI nah drone gimana udah siap?”
“udah
siap kok”
“oiya
besok juga medis ada donor darah, jangan lupa ruangan disiapkan”
Setelah
semua dipastikan benar benar siap akhirnya briefing malam itu pun selesai
sekitar pukul 01.30.
Kegiatan
jalan sehat dilaksnakan pukul 07.10 WIB. sedikit ngaret 10 menit, kebetulan rute
yang dipilih adalah rute yang tepat tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat.
Setiap pertigaan dan perempatan di jaga oleh beberapa panitia expun dan medis yang
bertugas untuk menertibkan peserta dan warga serta medis bertugas untuk berjaga
jaga apabila ada yang sakit atau lain sebagainya.
Setelah
selesai jalan sehat kegiatandilanjt dengan senam. Sekitar 1 tahun lebih
semenjak lulus SMA banyak panitia yang lupa dengan gerakan senam sampai
akhirnya Rendi Aulia dan sukma memberanikan diri maju ke atas panggung mnejadi
instruktur senam. Peserta kegiatan KWI, Ibu ibu PKK, anak anak SD, dan para
warga asik dan penuh semngat mengikuti
gerakan senam yang di contohkan Rendi, Aulia, dan Sukma.
“Lan
ruangan untuk donor darah gimana? Udah beres” taya Riri mencoba memastikan
“udah
Ri, oiya jangan lupa daftar hadir untuk peserta yang daftar donor darah ya”
“oke
udah kok”
Kegiatan
donor darah diperuntukan untuk umum boleh dari masyarakat, panitia dan juga
peserta kegiatan. Kegiatan donor darah ini di support oleh TIM PMI. Jumlah
panitia medis sekitar 20 an tetapi sudah terbagi rata masing masing pj ada yang
berjaga di pusat acara, dan ada pula yang bertugas di kegiatan donor darah.
“yunda..”
ucap salah satu peserta kegiatan yang datang ke posko donor darah
“iya
dek gimana, kamu mau donor darah?” balas Lanwa sembari mengambil pulpen dan
kertas untuk mencatat namanya
Pasien
meminta oksigen karena dirasa dirinya sangat lemas. Segera Lanwa memanggil Tim
PMI utuk meminta bantuan pertolongan pertama. Pasien segera di pasangkan olsigen
dan ditenangnkan oleh Tim PMI namun
setelah 30 menit penanganan paien tidak sadarkandiri, badan nya kaku dan
gemetar akhirnya tim PMI dan medis memanggil tenaga kesehatan di desa tersebut.
Akhirnya Tim kesehatan menyarankan agar pasien segera dirujuk kerumah sakit.
Dengan sigap Adin selaku coordinator medis mengambil tandu dan memindahkan
pasien ke ambulance. Lanwa pun ikut di dalam Ambulance tersebut di dalam
ambulanfce pasien diganti oksigen tetapi badan nya masih kaku dan semakin
dingin. Perlahan nafas nya mulai stabil dan muntah kemudian tak adarkan diri
kembali. Lanwa merasa sangat khawatir fikirannya tak karuan dan untuk pertama
kalinya Lanwa merasakan naik ambulance. Setelah Sampai dirumah sakit paie pun
segera ditangi oleh dokter.
“wa,
gimana keadaanya yuswan” Tanya Adin yang datang sembari membawa data data
yuswan
“hmm,,
kita doakan saja ya masih didalem ruangan soalnya”
“iya
wa”
Doa
doa terus dipanjatkan,berharap agar tak terjadi apa apa beruntungya dengan
sigap yuswan dibawa kerumah sakit sehingga dapat ditangani dengan cepat oleh
dokter.
Di
pusat Acara
Persiapan
pembuatan formasi dilaksnakan di lapangan futsal pusat acara. Formasi yang
dibuat adalah logo KWI ke 30 sembari membawa balon warna warni. Kebetulan cuaca
sangat terik sehingga peserta bnayak yang merasa kepanasan. Tapi cuaca siang
itu tak menyulutkan semangat mereka. Panitia DDD bertugas mendokumentasikan dan
panitia Expun bertugas menertibkan barisan yang kurang rapih. Setelah selesai
pengambilan doumentasi menggunkkan drone peserta pun diizinkan pulang kerumah
masing masing untuk beristirahat.
Rumah
HK
“nanti malem kan acara puncak kita bakar ayam
yok” celetuk Agung sembari menikamti makan siang
“hah?,
nanti malem tugas kita itu banyak, jaga parkir jaga keamananan” balas pras
selaku koor Hk
“ya
nanti bisalah diatur waktunya, sore kita masak jadi selesai magrib langsung
makan dan setelah itu langsung cus siap bekerja nah kita ajak tuan rumah buat
makan bersma supaya kerasa feel nya”
“betul
banget setuju gua sama agung” balas Awan
“ri
lo yang masak ya, atau yang beli ayam?”
“beli
ayam aja, maaf gabisa masak” balas Riri dengan jujurnya
Boleh
dikategorikan ini melanggar si, tapi kalau dipertibangkan boleh juga idenya.
Akhirnya divisi kestari dan Hk sore itu memasak ayam yang jumlahnya sekitar
4kg. Setelah persiapan dan bumbu bumbu siap segera deh ayam di masak kebetulan
kedua divisi ini tak kalah jago masak dari divisi konsumsi.
19.00 WIB
“hayuk..
buruan kita mulai aja makannya”
“tapi
Awan belum dateng”
“lah
kemana pula dia ini”
“ngambil
nasi dirumah konsumsi”
Sekitar
10 menit menunggu awan yang tak kunjung datang akhirnya kedua divisi tersebut
untuk segera melanjutkan makan malam.
“nanti
bagian punya Awan pisahin, kita harus gercep keburu acara penta seni nya mulai
dan gaenak sama divisi lain” Agung mencoba memberi solusi
“oke
oke”
“cek
cek… Hk dan kestari dimana? Ini parkir belum ada yang jaga, daftar hadir sudah
siap belum” suara ketua pelaksna kembali muncul dari HT
“hayolo,
siap siap dimarahin heheh”
“udah
udah buru buru makannya, kita udah ditungguin”
Selesai
makan barulah awan datang membawa nasi. Telat lu wan, sini udah selesai situ
baru dateng. Beruntungya kali ini Awan gamarah gengs.. entah kesambet apa dia
tetep nyelo aja. Dan melanjutkan makan sendiri sementara panitia lain segera
meluncur ke pusat acara
“dari
tadi kemana aja” semua divisi ternyata mencari divisi HK dan kestari
Sedikit
merasa bersalah karena tidak tepat waktu, parkir warga dan panitia tercampur,
barang barang di SD tidak ada yang menjaga dan parahnya daftar hadir belum di
print. Sory ya gais ini kesalahan tersbesar karena faktor kesengajaan eh
maksudnya ketidaksengajaan.
Malam
Pentas seni dan upacara penutupan merupakan rangkaian terakhir kegiatan Karya
Wisata Ilmiah dimana setiap jurusan menampilkan satu jenis penampilan dengan
syarat sopan dan tidak mengandung unsur sara.
“beri
tepuk tangan yang meriah..” suara Mc yang memeriahkan susasana
Suara
tepuk tangan sangat meriah kembali memecah heningnya malam. Para warga asik
menikmatinya. Alhamdulillah tidak sia-sia acara ini persiapan selama kurang
lebih 4 bulan dapat memberikan kesan yang indah di desa ini meskipun terdapat
kendala sana sini tetap dapat teratasi. Upacara penutupan dan pentas seni
ditutup oleh bapak kepala desa tambah hiasan kembang api yang menghiasi langit
langit desa Tambah Dadi. Tidak hanya peserta kegiatan yang menapilkan pentas
seni tetapi perwakilan dari desa juga menampilkan sebuah puisi Suasana haru pun
mengiringi 5 hari bersama para warga yang bagi kami sudah seperti keluarga
sendiri hingga acara selesai sekitar pukul 23.00 WIB
*
“mad
.. yang jaga barang di SD siapa?” tanya Aulia
“Nah
gua kira lo disana?”
“gawat
gawat tadi ada orang menggunakan pkaian hitam-hitam terlihat dari balik jendela
SD gua gaberanu terus gua lari kesini” balas Riki salahsatu anggota keamanan
“yaudah
kita jaga kesana” balas Aulia memberanikan diri
Memang
sosok wanita tangguh, tak ada sedikit pun rasa takut yang ada ingin mengungkap
siapa kah gerangan berani beraninya mengganggu. Setelah sampai di SD Aulia
memastikan barang barang peserta kegiatan tidak ada yang hilang.
“jegrek…”
suara dari balik jendela
“siapa
disana” Aulia mencoba mendekat kea rah jendela
“eh
jangan kesana, nanti kalau lo kenapa napa gimana”
“ya
gua penasaran itu manusia atau mahkluk halu sebenarnya’
Setelah
kejadian itu akhirnya panitia perlengkapan dan keamanan berjaga di SD supaya
barang barang tetap aman.
Udah
mau selesai ceritanya masih aja ada konfliknya heran deh sama alur cerita
kegiatan ini
22
Desember 2020
Salam
untuk Tambah Dadi
Sedikit
gerimis datang pagi ini membasahi dedaunan hijau dan kemarau terlibasi, tapi
kan kemarin udah hujan. Eh maksudnya hujan kembali merindu lagi kepada bumi.
477
peserta kegiatan, 75 kakak asuh dan 136 panitia berat rasa hati meninggalkan
Desa Tambah Dadi tercinta ini, lima hari mampu memberikan kesan dan cerita
terbaik. Maaf Pak Bu jika selama kegiatan banyak kesalahan yang dilakukan baik
disengaja ataupun tidak sengaja. Kami belajar banyak di desa ini, ada yang
tidak bisa memasak sehingga terpaksa harus belajar masak, ada yang tidak bisa
memgang sabit akhirnya bisa menggunakanya, bahkan apa apa yang kami sampaikan tidak
akan pernah sama dengan kebaikan yang Bapak Ibu berikan, kami tidak bisa
melakukan lebih tapi kami senang bisa mengabdi di desa yang penuh dengan cerita.
Esok lusa jika ada kesempatan lagi kami sempatkan main lagi dan bercerita
tentang kami, KWI, dan Tambah Dadi.
Epilog
Riri melanjutkan
langkahnya
“Ri..tunggu” sekali
lagi suara dari sebrang dan kali ini lebih terdengar jelas
“Iyana ?”
“Lah mau kemana? Kan
kita ada meet up seluruh koor sekor
KWI”
“Iya dari tadi aku
nungguin udahan, gak ada yang kasih kabar yaudah lah pulang aja”
“Lah emang lo nunggu
dimana”
“Disitu” sembari
menunjukan tempat Riri memsan martabak dan minuman tadi.
Iyana pun tertawa
begitu lepas didepan Riri
“Lah kok malah ketawa
sih?”
“Lo salah tempat Ri,
pantesan aja gak ada orang yaudah yuk kesebelah sana ”
Riri pun melihat tempat
yang ditunjukan Iyana dan ternyata sudah sangat ramai
Ada
Aldi koor expun yang masih sama terlihat sangar, Santi sekor expun yang mulai
terlihat recehnya bersama Lanwa aduh makin gajelas, Dani yang santuy banget karena
udah kelar acaranya, Pras koor HK yang masih dengan topi kesayangannya, Fiya
dan shava yang masih tetep kalem banget, Aulia yang juga baru datang dengan khas
ngebutnya (padahal udah deket), Ahmad yang asik bermain game di ponselnya
karena udah gak gupek sama barang barang perkapnya, Tian yang udah asik sama
martabak messes nya, Yudi juga udah makan duluan aja, Adin yang makin gak keliatan
wajahya karena rambutya, Mba Ufi sekor konsumsi yang asik mencicipi makanannya,
Tika dan Ferdi yang masih garap video after
movie dan terakhir Angga yang baru memesan makanan.
Oh iya 3 orang lagi
Kak Udin yang lagi
gabut kayaknya, dan mba Ifa yang lagi asik ngobrol sama mba Mia.
Riri pun segera masuk
ditemani Iyana
“Dari mana aja ri?”
tanya Tian
“Salah tempat” jawab
Riri edikit kesal
Sontak semua pun
tertawa mengejek Riri. Lagi lagi Riri melakukannya salah tempat bukan lagi hal
yang biasa. Satu bulan lebih tidak berjumpa mereka setelah hari terakhir
didesa. Dan kali ini betapa senangnya bisa berjumpa dengan mba Ifa yang
sebelumnya tidak dapat membersamai kita selama kegiatan KWI. Luka ditangan dan
sedikit wajahnya sudah mulai mengering dan kami siap menceritakan nya
“Mba sini geh aku
certain KWI dari hari pertama” Ucap Riri
“Aku juga mau cerita”
Sahut Tika menyela
“Aku dulu geh yang
cerita” balas Iyana tak mau kalah
Mba Ifa dan mba Mia pun
penuh dengan senyuman melihat adik-adiknya yang berebut cerita
“Oke, moment kali ini
kita dokumentasikan ya” Kak Udin akhirnya berbicara
“Siap” jawab semua
“Semuanya cis…..”
tertawa bahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar