Jumat, 17 Januari 2020

Karya Wisata Ilmiah XXX


Prolog
Ia menyesap minuman hangat ditanganya sembari menatap kearah jendela, hujan mulai turun tak tik tuk suaranya terdengar riuh melenakan bait-bait nadanya seperti symphoni kehidupan. Sesekali ia melihat jam yang melingkar ditangan nya, sudah menunjukan pukul 09.45 mereka tak juga datang. Hujan memang menjadi sarana paling tepat untuk mengingat beberapa scene dalam memorinya. Lagi lagi ia sedikit bergumam dalam hatinya apakah lebih baik pulang saja? Mereka pun sepertinya tak akan datang
Sepotong martabak messes menu yang dipilihnya, mengobati sedikit rindu yang tak kunjung usai juga. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, kali ini sudah hampir 45 menit ia menunggu tapi tak ada satupun kabar yang masuk di ponselnya. Kekhawatiran mulai terangkati dibalik rasa kesal yang terus menyelimuti. Ah terlalu puitis kau ini
Sampai akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan tempat itu, ya tempat yang dipilih sesuai  perjanjian awal mereka setelah melaksanakan sebuah acara besar di fakultasnya. Dengan langkah  gontai ia berjalan menuju pintu keluar setelah membayar minuman dan sepotong martabak yang dipesan nya.
“Ri..” suara dari sebrang
Ia mencoba mencari sumber suara tersebut. Sesorang dari sebrang jalan memanggilnya.
Tak terlalu jelas ia pun melanjutkan langkahnya.

 Sore itu kami sepakat untuk melanjutkan survei ke sebuah Desa di daerah Lampung Timur dengan perjanjian awal berkumpul di masjid setelah shalat asar.
“Ri, lo ikut survei kan?” pesan singkat dari salah satu partner Riri di kegiatan tersebut
“Gatau wan, soalnya hari ini juga ada rapat dan persiapan kegiatan hima”
“Udah ikut survei aja ya, dari divisi kita belum ada orang nih”
“Yaudah lo duluan aja”
Setelah beberapa pertimbangann akhirnya Riri memberanikan diri untuk menuju sekretariat hima untuk meminta izin, kebetulan Angga partner koordinator divisi Riri berhalangan hadir dikarenkan ada tournament futsal. Dengan perasaan penuh yakin dan harap diizinkan Riri mempercepat langkahnya.
Akhirnya prosedur izin dengan pimpinan hima pun berhasil. Riri pun segera bersiap untuk menyiapkan segala keperluan yang harus dibawa ketika di desa. Sekitar pukul 17.00 Riri menuju masjid tempat berkumpul dan sudah cukup ramai. Untuk Pertama kalinya Riri memberanikan diri untuk menuju Lampung Timur dengan kendaran bermotor.
“Ri, lo pakek motor gua aja” Awan pun menawarkan motornya
“Serius lo wan?”
“Iya, cari temen buat nemenin lo”
“Oke siap”
Akhirnya Riri mendapatkan partner untuk berangkat yaitu Aulia, yap sosok perempuan tangguh sekretaris koordinator perlengkapan. Walapun terdiri dari beberapa karakter tetap menjaga batasan antara laki-laki dan perempuan. Cara bicara pun juga dalam batasan, begitulah ciri khas fakultas biru muda FMIPA.

17.30 WIB
“Yok kita berangkat”
“Kak ini udah mau magrib, kita gak shalat magrib dulu aja?” Usul Aulia
Tak terasa waktu memang bergulir begitu cepat, 30 menit sudah kita saling menunggu satu sama lain. Hingga waktu magrib pun tiba dan kami sepakat untuk melaksanakan shalat magrib terlebih dahulu. Selesai melaksanakan shalat magrib kami kembali pada kendaraan masing-masing dan bersiap menuju lokasi yang akan ditempuh kurang lebih 2 jam.
Jalanan kota Bandar Lampung begitu ramai ditambah gemerlap lampu yang sedikit menyilaukan, satu persatu kendaraan melintas dengan kecepatan sekitar 40 km/jam. Kecepatan tersebut dapat dikategorikan terlalu lambat. Aulia yang terbiasa sedikit cepat sangat tidak sabar dan memutuskan untuk melaju lebih dulu dan berada di belakang kendaraan kak Bayu (Steering Committee Expun)

“Assalamualaikum, Riri ini ibunya Awan sudah sampai mana Ri? jangan lupa shalat ya oiya STNK motor nya jangan lupa ya”
Pesan singkat dari nomor wa baru, foto profilnya seorang Ibu paruh baya dengan jilbab berwarna merah muda.
“Iya Ibu, terimakasih banyak ya bu” Balas Riri. Motor pinjeman harus dijaga, apalagi Ibunya udah bersabda ehehhee. Setelah itu Aulia pun menurunkan kembali kecepatan motornya menjadi 40 km/ jam. Setelah sampai di pasar beruntung kami pun menyadari rombongan kami terpisah yang semula Aulia dan Riri di posisi tengah kini menjadi paling terakhir dan dibelakang sudah tidak ada rombongan lagi, akhirnya Aulia menambah kecepatan untuk mengejar rombongan depan dan menyampaikan kalau rombongan belakang sepertinya tertinggal jauh.
“Kak Bayu kak Bayu, yang dibelakang ketinggalan”
“Nah kok bisa?” Balas kak Bayu sembari menengok ke arah belakang yang sudah tidak ada orang
“Makanya jangan ngebut ngebut geh kak” Balas Riri dengan ketusnya
“Ya allah, dari mana ngebutnya heran deh” Balas kak Bayu tak mau kalah
“Udah-udah, kita baiknya tungguin dan menghubungi salah satu dari mereka sudah sampai mana” Akhirnya kak Wahyu angkat bicara dan melerai perdebatan antara Riri, Aulia dan Kak Bayu.
Perasaan gelisah itu pun mulai muncul setelah kurang lebih 10 menit menunggu. Apakah mereka tersesat atau bagimana? Apakah ada motor yang mogok? Masing-masing dari kami pun merasakan hal yang sama. Mencoba dihubungi via whats App cukup sulit karena terkendala oleh sinyal. Akhirnya Kak Wahyu memutuskan untuk menelfon salah satu dari mereka. 15 menit kami menunggu dan total 25 menit dari waktu sebelumnya rombongan belakang pun tiba juga. Perasaan tenang itupun hadir kembali diantara kita. Alhamdulillah dapat dipertemukan kembali.
“Kok bisa terpisah lo dek” Tanya kak Wahyu sembari memastikan tidak ada yang tertinggal
“Ya gimana lo kak, kakak lo ngebut naik motornya pas dibelokan kita udah gak liat dan akhirnya terpisah” Jawab mba Lisa
“Tuh kan kak bener apa yang Riri bilang, kak Bayu ngebut banget”

Akhirnya kami saling paham dan menurunkan kecepataannya agar tidak ada lagi yang terpisah. Perjalanan di lanjutkan hingga kurang lebih telah menempuh setengah jam perjalanan, kami berhenti sejenak di SPBU dikhawatirkan jika bahan bakar kendaraan habis ditengah jalan. Masing-masing dari kami pun melepas penat sejenak atau istilahnya meluruskan pinggang padahal baru juga 30 menit hehe.
“Wan, tadi ibu lo chat gua,” Riri pun memberanikan diri untuk menyampaikan pesan dari Ibu nya Awan.
“Oalah iya,” balas Awan dengan nada sedikit mengantuk
“Ri, tukeran motor si, ini Awan ngantuk, gua gabisa pake motor gak matic” tiba tiba Ferdi datang
“iya tukeran aja, enak motor gak matic” balas Aulia dengan semangatnya
“Yaudah basing lah yang penting nyampe Lampung Timur dengan selamat” balas Riri pada Aulia dan Ferdi, sementara Awan sudah terlelap dengan mimpinya di belakang punggung Ferdi
“Wan.. bangun, tukeran motor dulu ini kita” Nada Ferdi sedikit kesal
Akhirnya Riri dan Aulia menggunakan motor revo biru yang entah punya siapa yang jelas bukan punya Ferdi ataupun Awan. Perjalananan dilanjutkan melewati perkebunan karet yang cukup luas tanpa ada penerangan jalan, sedikit takut bagi kami yang belum pernah melewati jalan tersebut.
“Lampu sen kanan semuanya dihidupkan” Kak Wahyu memberi arahan kepada semua rombongan
“Buat apa emangnya” Tanya Riri dengan polosnya pada Aulia
“Ya buat tanda ri. Biar gak ada yang tertinggal lagi”
“Oh..”
Karena terbatasnya penerangan dan hanya mengandalkan lampu dari kendaraan, sedikit sulit bagi kami untuk memilih jalan karena banyak jala yang berlubang dan terdapat genangan air.
20.55 WIB
Akhirnya rombongan kami pun sampai di Lampung Timur, dan menginap di rumah Mba Cahya (Sekretaris Eksekutif BEM). Rombongan kami berjumlah 30 orang yaitu 15 orang laki laki dan 15 orang perempuan. Keluarga Mba Cahya sangatlah baik menyambut kedatangan kami bahkan hingga menyiapkan makanan yang begitu banyak hehe.
Sembari melepas penat kami dengan asiknya menceritakan selama perjalanan. Selesai shalat isya’ kami kembali bercerita tentang perjalanan jauh yang mengesankan, melewati jalanan terjal melewati gelapnya malam dengan rimbunya dedaunan ditambah sunyinya suasana yang mencekam. Keluarga mba Cahya dengan antusias mendengarkan nya. Hingga akhirnya waktu menunjukan pukul 22.00 WIB masing-masing dari kami bersiap untuk istirahat.
Antara laki-laki dan perempuan terpisah rumah. laki-laki meginap dirumah paman Mba Cahya sementara para perempuan dirumah  mba Cahya.

03.00 WIB
ar-raḥmān, 'allamal-qur`ān, khalaqal-insān. Lantunan ayat –ayat suci Al-quran diperdengarkan, Suaranya merdu memecah keheningan malam.
“Riri, bangun geh ayok tahajud”
“Hmm” Balas riri sembari menarik selimut
“Heh, ayok bangun” balas Lanwa sembari menarik kaki dan tangan Riri
“Iya-Iya” balas Riri sembari mengumpulkan niat
Akhirnya Riri beranjak dari tempat tidur untuk melaksanakan shalat tahajud, dan  menemukan siapakah suara merdu yang menyandungkan bait-bait firman-Nya, Sekretaris Pelaksana duduk di kursi ruang tamu sembari membaca Al-Quran kesayangan. Masyaallah suara merdu itu berasal dari sana, terkagum kagum-sudah asik bersama RabbNya.
Selesai melaksanakan Shalat Tahajud dan Shalat Shubuh kami bersiap untuk memasak dibantu dengan sang bunda (ibu dari mba Cahya) yang masakan tersebut akan dijadikan sarapan pagi hari. Kami pun berbagi tugas ada yang menyapu rumah, ada yang membereskan kamar, ada juga yang mencuci piring. Semua arahan terlaksana dengan baik.
Seberkas sinar datang melalui celah celah kaca jendela, semburat warna merah kekuningan mulai mewarnai kanvas biru muda, dedaunan hijau masi terselimuti embun, dan semilir angin pagi menyampaikan pesan betapa segar udara di desa ini.

07.00 WIB
“Hayuk kita siap siap sarapan supaya menuju desa Tambah Dadi tidak terlalu siang” Pesan siaran itu dikirimkan mba Cahya di grup
Satu persatu dari mereka berkumpul dirumah mba Cahya untuk sarapan pagi. Betapa nikmatnya kebersamaan ini tidak ada hal yang bisa menandingi. Bahkan canda tawa sederhana itupun mampu menjadikan cerita indah hari ini.

08.00 WIB
Selesai melaksankan sarapan pagi, kami pun bersiap siap untuk melanjutkan perjalanan ke desa Tambah Dadi yang ditempuh sekitar 30 menit lagi dari rumah mba Cahya. Eits.. sebelum berangkat satu hal yang sunah tapi seperti wajib dilaksanakan yaitu shalat dhuha. Betapa beruntungnya merasakanberada di dalam barisan orang-orang seperti mereka. Sepadat apapun agendanya tetap menjalankan apa yang sudah menjadi kebiasaan yang tak boleh ditinggalkan.

Perjalanan Menuju Desa Tambah Dadi
30 menit dalam perjalanan, akhirnya kami pun sampai di Desa Tambah Dadi. Kami langsung menuju rumah kepala desa, dan ternyata kepala desa tidak sedang dirumah melainkan sedang di balai desa. Para warga di desa ini sangatlah antusias menyambut kedatangan kami bahkan jajaran para pamong turut hadir dalam sosialisasi kegiatan Karya Wisata Ilmiah. Setelah kurang lebih 30 menit penyampaian maksud dan tujuan kami ke desa ini kami pun membagi tugas satu sama lain, ada yang menuju SD ada yang menuju rumah warga ada juga yang menuju ke dinas Pariwisata, Polsek, Puskesmas dan menyiapkan perlengkapan lain sebagainya.
Sebelumnya kami sudah beberapa kali ke desa Tambah dadi hanya saja tidak seramai ini. Pembagian tugas pun cukup rata. Riri bersama Mba Ifa (Sekretaris pelaksana) dan Kak Udin (ketua Pelaksana) menuju SD yang berada dekat dengan balai desa. Kami menyampaikan maksud dan tujuan serta program program  yang akan dilaksanakan.
*












18 Desember 2019
“Peserta baris sesuai jurusan. Kimia sebelah kanan dilanjut biologi, matematika, fisika dan ilmu komputer ” suara tegas dan lantang Koodinator Expun  sembari membawa pengeras suara yang biasa digunakan untuk aksi inspirasi (eh bukan gitu maksudnya J)
Tepat hari ini Rabu, 18 Desember 2019 Kegiata Karya Wisata Ilmiah dilaksanakan setelah kurang lebih 4 bulan persiapan. Semua divisi melaksanakan tupoksi dan jobdesc masing-masing. Beberapa panitia wara wiri sembari menyiapkan barang barang yang harus dibawa. Sebelum berangkat menuju desa Tambah Dadi Lampung Timur

Karya Wisata Ilmiah merupakan agenda rutin tahuanan yang dilaksanakan oleh fakultas MIPA dengan tujuan mengenalkan peserta (mahasiswa baru) untuk mengabdi di desa atau istilahnya simualsi KKN. Dalam kegiatan Karya Wisata Ilmiah ini banyak rangkaian acara yang di agendakan. Kegiatan Karya Wisata Ilmiah dilakasanakan 2 kali yaitu indoor dan outdoor. Indoor di berlangsung selama 2 hari sementara kegiatan outdoor berlangsung selama 5 hari.
Desa Tambah Dadi menjadi desa terpilih dengan beberapa pertimbangan melihat hasil survei serta warga desa yang begitu antusias dan mendukung penuh kegiatan Karya Wisata Ilmiah ini.
“Sebelum berangkat kita briefing dulu ya” Suara Iyana selaku sekretaris koordinator acara
Aldi (Koordinator Expun): “Peserta ada yang telat dan belum mendapat name tag, barisan masih per jurusan ini mau per jurusan atau per kelompok?”
Angga (Koordinaotor Kestari) : “Untuk name tag sudah siap barisan per kelompok karena daftar hadir dibuat perkelompok”
Iyana (Sekretaris Koordinator Acara) :  “Oke sip sip, gimana divisi perlengkapan, humas, medis, ddd, konsumsi dan fundraising?”
Aulia (Sekretaris Koordinator Perlengkapan) : Gina na.. mobil bis sudah datang semua tapi ada kendala kalau jumlah kursi tidak sesuai dengan yang dipesan
“Terus gimana?” sontak Aldi, Angga dan Iyana mengucapkan kata yang sama secara bersamaan
“Tenang tenang.. Ahmad lagi menghubungi pihak bis nya untuk menambah bis lagi” Balas Aulia mencoba menenangkan
“Alhamdulilllah.. semoga dapet ya..” Balas Iyana penuh harap
Yudi (Koordinator Konsumsi) : “Na.. divisi konsumsi dan fds berangkat duluan ya soalnya kita harus menyiapkan konsumsi yang ada di desa”
“oke sip sip, yang lain gimana”
Ferdi (Koordinator DDD) btw DDD apaan ? Dekorasi, Dokumentasi dan Desain. Oke next “Camera siap, beberapa anggota sudah berangkat kedesa untuk mendekor panggung acara”
Lanwa (Sekretaris Koordinattor Medis) : obat obat an sudah siap
Pras (Koordinator Humas) : “Dekan dan Wakil rekotor sudah sudah dihubungi untuk menghadiri pembukaan inshaallah beliau semua hadir”
“sip..sip pastikan semua fokus dengan jobdesc masing masing dan maksimalkan bismillah semangat” ucap Iyana bersemangat.

Setelah briefing masing masing divisi fokus menjalankan arahan dan jobdesc yang diberikan. Beberapa divisi sudah berangkat ke desa. Sebelum berangkat ada upacara pelepasan yang dihadiri oleh Bapak Suratman M.Sc selaku dekan Fakultas FMIPA.
“Tempelan bus udah dibuat belum Ri” 
“udah” balas Riri
“loh kok gak ada?”
“Lah tadi udah gua kasih ke anggota lo” balas Riri sembari mencari di sekitar tumpukan kardus konsumsi
“Tenang tempelan bus nya udah gua pasang di bus”
Tiba tiba ahmad datang dan menyampaikan kalau tempela bus sudah ditempel
“Alhamdulillah sip sip bikin kaget aja emang”

08.00
Semua peserta bersiap siap untuk memasuki bis. Tetapi ternyata ada dua bis yang belum datang meski suka di hubungi berkali kali belum juga ada balasan dari pihak terkait. Panitia mulai cemas bagaimana dengan peserta yag tidak kebagian bis. Jumlah peserta setalah ditotal berdasarka daftar hadir 477 dan itu lumayan banyak, sementara bis yang sudah datang baru 7 dengan kapasitas 60 kursi.
“Gimana bis udah ada kepastian? Atau peserta yang sudah di bis diberangkatkan terlebih dahulu untuk peserta yang belum dan panitia yang tidak ada kendaraan menunggu bis selanjutnya gimana?” saran Aldi
“jangan, peserta semua harus berangkat bareng” balas Santi (Sekretaris Koordinator Expun)
Bus Kloter 123 tiba tiba melaju sementara Santi dan Aldi masih berdebat.
“Lah kok itu bis nya udah berangkat? Kan kita belum ngasih keputusan?”
“waduh kacau..” balas Aldi dengan nada sedikit marah
Akhirnya peserta yang sudah menaiki bis diberangkatkan sementara peserta dan panitia yang belum menaiki bus berbaris dengan rapi sembari menunggu kedatangan bis selanjutnya. Tak lama kemudian sekitar 30 menit menunggu 2 bis yang dinanti pun datang.
“Ri.. lo tau jalan nya gak”
“lupa eheheh”
“yaudah nanti rombongan lagi aja biar gak ada yang nyasar” balas Angga sembari memakai helm
Beberapa panitia menggunakan kendaraan bemotor supaya lebih cepat. Riri sengaja berangkat bersama Tiwi (panitia medis) karena trauma kalau bersama Aulia cukup sekali waktu survei aja. Angga melaju lebih dulu di banding Riri dan Tiwi serta dibelakang ada Lanwa dan Santi.
Kali ini melewati jalan yang sama saat survei bedanya ini pagi hari dan waktu survei malam hari. Ternyata perkebunan karet yang luas ini sangat indah ketika pagi.
Embun di dedaunan sangat bersahabat bersama udara pagi yang kaya akan oksigen.
“Ri.. ini bagus banget jalannya” Ucap Tiwi yang baru pertama kali melewati jalan itu
“iya ya..”
“Bukanya lo pernah lewat sini sebelumnya”
‘iya pernah tapi kan malem heheh”
“oh iya juga”

Sekitar 2 jam rombongan kami pun sampai di Desa Tambah Dadi. Sesampainya disana ternyata  ada satu bis yang sudah sampai. Panggung dan tarub sudah berdiri ditambah kursi kursi yang sudah berjejer rapi dekorasi diatas panggung sangat menarik tulisan KWI yang terbuat dari triplek berwarna hijau dan ukiran menambah nilai estetika dari kegiatan ini.
“Ada bis yang nyasar” ucap salah satu panitia tergesa gesa
“nah kok bisa?”
“iya soalnya sopir sama panitia yang ada di dalem bus gak tau jalan nya”
“waduh.. padahal tadi udah ada arahan kalau panitia yang di dalem bis harus tau jalan” balas Aldi

Akhirnya beberapa panitia di bagi fokus ada yang mempersiapkan segala keperluan di desa dan ada juga yang menyusul bis. Sekitar pukul 12.30 seluruh bis dan peserta telah sampai di pusat acara. Peserta dan panitia diarahkan untuk melaksanakan shalat dhuhur terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan upacara pembukaan.
Upacara pembukaan di hadiri oleh beberapa aparat desa, kepala desa, dinas pariwisata, dekan, polsek, dan beberapa tamu undangan lainya. Cuaca yang cukup terik tak mengalahkan semangat peserta Karya Wisata Ilmiah dengan dress code almammater kebanggaan hijau tua, name tag dan slayer berwana jingga.
“Hidup Mahasiswa” suara tegas dan lantang Kak Rey selaku Gubernur FMIPA
“Hidup Mahasiswa”  Balas peserta tak kalah semangatnya
“Mahasiswa memiliki peran sebagai Agent of Change dan Social Control yang artinya adalah perubahan menuju kearah yang lebih baik dan memberikan manfaat serta menjadi pengontrol untuk dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat disekitarnya” Beberapa patah kata dikutip dari sambutan yang disampaikan oleh Kak Rey.
Selain sambutan Gubernur, Sambutan ketua pelakasana tak kalah menginspirai juga
“Tujuan diadakannya Karya Wisata Ilmiah ini guna menjadikan media belajar bagi mahasiwa, khususnya mahasiswa baru FMIPA serta mahasiwa dapat mengimplementasikan ilmu yang di  dapat menjadi sebuah karya yang bermanfaat bagi masyarakat”

Ya benar seperti yang beliau katakan peran mahasiswa sangatlah penting. Mahasiswa yang sebelumnya hanya terfokus tugas laporan dan mendengarkan materi di bangku perkuliahan dapat di aplikasikan secara nyata melalui kegiatan Karya Wisata Ilmiah.
_
Dibalik Acara Pembukaan
Dani (Koordinator Acara) : “sofa udah minjem belum?”
Ahmad (Koordinator Perlengkapan) : “udah tapi kurang.., dari divisi humas katanya tamu undangan sekian tapi ternyata yang hadir lebih
Pras (Koordinator Humas) : iya ternyata banyak yang hadir weh..
“yaudah kita cari solusinya, gimana kalau minjem ke tempat warga lagi” balas Dani
“Daftar hadir udah dibuat kan?” iyana mencoba memastikan
“Udah siap” balas Riri sembari memberi isyarat OK
“peserta ada yang sakit, gua sama anggota urusin yang sakit dulu ya”
“HT jangan lupa dicharger kalau pas lagi gak dipake”
“oke oke”
“Dokumentasi gimana? Aman?” tambah Iyana memastikan
“ada yang bisa bantu back up gak? Soalnya beberapa panitia masih di Bandar Lampung ada yang UAS”
“hem.. oke oke kita bagi masa, anggota divisi yang sekiranya bisa dokumentai diarahkan ke DDD ya”
“sip sip..”

Dibalik persiapan upacara pembukaan ternyata juga ada kegupekan dibelakang. Belum lagi masalah konsumsi yang harus diangkut dari rumah kepala desa menuju balai beruntungnya kakak kakak pimpinan BEM sangat memback up panitia sehingga semua arahan dan jobdesc terlaksana dengan baik.
“Ri.. Mba Ifa kecelakaan”
“Innalillahi.. ya Allah dimana?”
“ini katanya si di RS Mardi Waluyo”
Sontak pesan singkat yang dikirimkan dari salah satu panitia membuat Riri khawatir dan perasaan tak karuan begitupun dengan yang lain. Mba Ifa (Sekretaris Pelaksana) kebetulan tidak bersama bis atau rombongan pagi dikarenakan sedang ada UAS sehingga ia memutuskan untuk berangkat siang bersama salah satu partner dari medis.
Riri dan Iyana mencoba menghubungi mba Ifa. Tak juga ada balasan
“Kok aku deg deg an ya”  suara Riri terbata bata
“Istighfar ri., doakan semoga mba Ifa baik baik aja”
“iya aamiin”
Selesai upacara pembukaan peserta di arahkan menuju rumah warga untuk beristirahat serta beramah-tamah didampingi kakak asuh dan kegiatan selanjutnya dilaksanakan pukul 19.00
“Mba udah denger mba Ifa kecelakaan?”
“udah dek, di rawat di Rs Mardi Waluyo” balas mba Mia (Bendahara Pelaksana)
“kita doakan sama sama ya semoga lekas membaik”
“Iya dek”

16.00 WIB
Hujan turun membasahi bumi lagi-lagi ia merindukannya saat ini, membasahi lapangan Tambah Dadi membasahi atap balai saat kami berdiskusi
“Aduh malah hujan, nanti malem kan ada dialog publik”
“Iya nih kok malah hujan”
“Tidak boleh menyalahkan hujan, Hujan itu rahmat dan membawa keberkahan” 
“hmm iyadeh”
Tak terlalu jelas siapa yang sedang berbicara tapi Riri mendengarnya. Mungkin di hati setiap panitia mengalami kekhawatiran yang sama. Kok hujan? nanti gimana? sudahlah baik baik mari berfikir baik pasti ada jalan keluarnya.
“Assalamualaikum Riri.. maaf nih ibu mau tanya Awan sudah sampai di desa belum ya, soalnya di hubungi tidak bisa”
Pesan singkat itu, ya baru ingat kalau rombongan dari jurusan Ilmu Komputer belum juga sampai
“wan.. kok lo belum nyampe?”
“ini temen ada yang kecelakaan tolong ampaikan ke yang lain nya kita masih di Metro”
“innalillahi siapa yang kecelakaan lagi?”
“Jijal sama Mamad”
Informasi terbaru, Riri pun segera meyampaikan kepada bebrapa panitia . ternyata mereka sudah tau lebih dulu. Innalillahi hari ini banyak pelajaraan yang di ambil. 4 panitia mengalami kecelakaan. Dari sini kita belajar lebih berhati hati dalam perjalanan. Kondisi Jijal dan Mamad lumayan banyak luka di pergelangan tangan dan kaki.
Doa terus dipanjatkan meminta kepada Rabb nya agar selalu diberikan kemudahan dan kelancaran. Segala sesuatu boleh kita rencanakan tapi Dia lah yang Maha Menentukan. Sedikit demi sedikit debit air yang turun dari langit mulai berkurang. Semilir angin mulai menggeser mendung hitam.
“Alhamdulillah hujannya reda” ucap Iyana sembari memandang langit rasa syukur yang begitu besar
“iya Alhamdulilah na..”
Hujan sedikit reda beberapa panitia yang berada di balai segera menuju rumah. Rumah yang dimaksud adalah rumah warga yang sudah di pilih untuk ditempati setiap divisi. Setiap divisi pun sama halnya dengan peserta tetap melaksanakan ramah tamah dan mengenal lebih dekat dengan tuan rumah.

19.00 WIB
Kegiatan Dialog public merupakan diskusi antara warga dan mahaiswa. Kegiatan tersebut mengundang Kepala Desa dan Ketua Karang Taruna. Peserta sangat antusias mendengarkannya mungkin ada beberapa peserta  yang mulai mengantuk tapi dengan sigap expun beraksi
“dek jangan ngantuk diperhatiin ya” suara tenang tapi tegas khas Santi
“iya kak” balaa peserta sembari mebenarkan sikap duduk nya
Kegiatan malam ini setidaknya tidak terlalu gupek dari acara pembukaan siang tadi.
Perlengkapan : Semua siap semua oke
Konsumi & FDS : Bingkisan pemateri siap, Oiya panitia yang belum makan nanti tinggal ambil ke tempat konsumi ya
Humas : pemateri dan tamu undangan beres
Medis : Alhamdulillah gak ada yang sakit
DDD: Dokumentasi siap, beberapa aggota lagi desain dirumah
Acara: Oiya minta tolong untuk kestari siapain plakat ya
Expun : Peserta banyak yang ngantuk,tapi sudah teratasi
Kestari :plakat? Kok dadakan? Eh maaf , oke siap
Eperti perjanjian awal apapun kondisinya tak boleh saling menyalahkan tapi saling mencari solusi.
“ngga, ini beneran kita buat palakat untuk malam ini?”
“iya dari acara nyampein”
“tapi kita kan gak ada desainya dan laptop yang bisa edit” balas Riri
Sedikit bingung dengan permasalahan kali ini. Laptop yang ada dibalai tidak ada yang bisa digunakan untuk mengedit. Sebelumnya Riri mengandalkan Awan untuk masalah edit tapi awan belum juga datang.
“Kak.. ada laptop” Angga mencoba mencari bantuan
“iya ada, tapi dirumah, gimana ada yang bisa di bantu?” balas Kak Bayu
“iya nih kak kita butuh laptop dan orang yang bisa edit plakat karena Awan belum datang kak”
“yaudah inshallah kakak bia tapi kakak ambil dulu kerumah ya”
“jangan lama lama kak”
“oke siap”
Sekitar 15 menit berlalu Kak Bayu belum juga balik kebalai. Sementara 30 menit lagi acara usai dan plakat harus sudah selesai. Tenang- tenang jangan gupek, pasti selesai
“Ri, plakat gimana?” suara Tian dari balik pintu luar
“Kak Bayu masih ambil laptop”
Akhirnya Kak Bayu datang dengan sigap membuka aplikasi yang dapat mengedit nama dan tema acara. Secepat kilat beliau mengedit plakat sampai sampai diubah dalam bentuk word supaya untuk selanjutnya Riri bisa mengedit sendiri.
“ri.. gimana udah di print plakat nya? bentar lagi nih” tian menanyakan kembali
“oke oke sabar ya,, duh printernya macet”
“waduh.. gimana nih solusinya”Angga berfikir mencari cara
“gini aja, Tian bawa bingkisannya aja dulu, untuk plakat menyusul gimana?”
“okedeh”
Riri mencoba menenangkan Cica, Cica adalah nama printer Riri. Entah apa yang membuat Cica selalu macet ketika Riri gupek.
“Cica jangan nakal, hayuk jangan macet ya..” suara Riri pelan embari menepuk nepuk printer
Kak Bayu sangat heran sembari menahan tawa. Akhirya Printer Riri dapat berfungsi lagi Alhamdulillah dengan senang Riri mencoba mengeprint kertas plakat dan memasukannya kedalam bingkai.
“Dah beres, nih ngga kasih tian untuk segera di antarkan ke panggung”
“oke”
2 langkah Angga berjalan Tian pun datang dan menyampaikan kalau acaranya sudah selesai
“yah telat dong” jawab Angga sedikit kecewa
“udah gak papa, nanti kita antar aja plakatnya” balas Tian mencoba menenangkan
Jadi bahan evaluasi nih : kurang gercep kerja nya

22.000 WIB
“Habis acara jangan lupa evaluasi dan merapat ke balai”. Suara tegas dari sang ketua pelaksana kembali terdengar. Semua divisi mulai merapat kebalai dan menyiapkan hasil evaluasinya. Evaluasi hari ini cukup banyak serta point point penting kesalahan bisa dijadikan sebagai bahan perbaikan kedepannya.
Malam kian larut hingga pukul 23.30
“Yang di sebelah pojok kanan push up 2x”
Tiba tiba kak Rey menunjuk salah satu panita yang mulai mengantuk di pojok sebelah kanan.
“yang ngantuk bisa push up 2x untuk laki laki  dan banding 2x untuk yang perempuan” tambah kak Rey menjelaskan.
Semua panitia pun kembali fokus dengan penyampaian masing masing divisi.
“Hari ini lumayan banyak ya evaluasinya, dan harapannya kesalahan kesalahan yang sudah terjadi tidak terulang kembali. Setiap panitia disini punya peran jangan sampai diri kita gapunya PJ ayok semangat” Tambahan dari Mba Cahya sebagai penutup rapat evaluasi.
00.01 akhirnya evaluasi kegiatan selesai.
“ri, Barakallah fii umrik..” salah satu anggota Riri memeluk Riri dan mengucapkan selamat
Ditambah beberapa panitia yang mendengar nya pun mengucapkan selamat. Ya tepat hari ini Riri bertambah usia menjadi 20 tahun. Kali ini benar benar moment langka suasana 00.00 saat eval menjadi kenangan tak terlupakan. Setelah beberapa teman teman Riri mengucapkan selamat dan memeluk Riri, akhirnya Riri dan anggota memutuskan untuk pulang beristirahat, karena pukul 05.00 harus sudah berada dibalai lagi untuk melaksanakan briefing.
“eh ini martabak siapa, dibiarin disini?” Tanya Riri sembari membawa sepotong martabak messes yang berada di dekat pintu
“gatau, kayaknya punya Tian geh”
“Tian ini martabak lo bukan” Riri memberanikan diri memanggil Tian di sebrang pintu luar
“iya,, eh makan aja daripada mubazir anggep aja kue ulang tahun”
“hah? yaudah makasi”
“iya”
Mendapat sepotong martabak messes warna warni malam itu menjadi energy lebih kebetulan pas lagi laper lapernya (maaf). Dan bersiap untuk istirahat kerumah walaupun cuman sebentar dan beberapa jam.

01.00 WIB
Setelah selesai rapat evaluasi beberapa panitia pulang kerumah. Tetapi dibalik itu juga ada panitia yang bertugas patroli keliling memastikan keamanan desa dan peserta. Expun dan HK merupakan panitia yang memiliki jobdesc tersebut, wajar saja kalau panitia tersebut di dominasi oleh kaum laki laki.
“cek cek perempatan sebelah tugu kuda udah ada yang patrolii belum” suara Aldi mengguakan Handy talky
“belum, yaudah gua kesana ya” balas Aziz salah satu anggota expun
Aziz pun segera menuju tempat yang sudah diarahkan oleh Aldi. Selain Expun dan HK ada juga panitia yang harus selalu siap yaitu medis. Jarak Rumah Medis dan pusat acara tidak terlalu jauh supaya ketika ada yang membutuhkan bisa cepat teratasi
 “medis tolong kerumah nomor 40 ada peserta yang sakit” suara Aziz yang teramat jelas melalui HT menghubungi salah satu panitia medis
“siap 86” balas Adin (Koordinator Medis) 
*
Rumah berdinding putih dengan jendela biru muda tidak terlalu besar ataupun kecil juga jam dinding yang menunjukan pukul satu lewat dua puluh dua menjadi saksi briefing panitia acara.  (duh malah puisi)
Panitia acara melanjutkan briefing untuk kegiatan esok harinya sembari menikmati makan malam dari konsumsi yang sharusnya dimakan sejak magrib. Pembahasan lumayan banyak terlebih point evaluasi hari pertama menjadi PR besar untuk kedepanya. Acara hari kedua yaitu microteaching, pengabdian dosen dan pembelajaran di TPA. Tiga agenda tersebut merupakan agenda penting sehingga perlu adanya pembagian pj di setaip agenda.
“pembagian pj sudah semua, dan besok bisa dimaksimalkan sesuai pj masing masing ya”
Ucap Dani sembari menutup briefing kepada seluruh anggota acara
“Sudah pukul 02.40 setelah ini bisa istirahat dan semoga besok acaranya  berjalan lancar Bismillah” Iyana menambahkan dengan penuh semangat

05.00 WIB
Setelah melaksankan shalat shubuh briefing pagi dilaksnakan tepat pukul 05.00 WIB di balai dan dilanjutkan dengan persiapan acara. Dengan waktu yang singkat bagaimana bisa panitia menjalankan semuanya? tentu bisa dong, Ya dengan adanya hal tersebut memacu diri untuk terbiasa melakukan sesuatu dengan cepat dan tepat. Pembagian jobdesc pun merata sehingga dapat bergerak dengan selaras.
Seperti biasa ketua dari masing masing kelompok berkumpul dibalai pukul 06.00 untuk melasanakan briefing dengan panitia serta arahan lainya. Pagi masih berkabut embun masih berselimut tapi semangat mereka seperti matahari bersinar yang tak nyumput nyumput.
Kegiatan microteaching merupakan salah satu bentuk model praktik kependidikan atau pelatihan mengajar. Kegiatan ini dilakasankan di dua Sekolah Dasar SDN 1 dan SDN 3. Adik- adik kelas 1 sampai kelas 6 sangat senang belajar bersama kakak kakak peserta Kegiatan Karya Wisata Ilmiah karena model pembelajaran yang diterapkan  menggunakan metode outdoor, belajar diluar ruangan dan diringi dengan beberapa jenis permainan tradisional  sehingga proses belajar tidak terkesan membosankan.
“hayuk lari hayuk lari…”
“sini sini buru sini”
Teriakan semangat permainan kucing kucingan sangat membuat mereka tertawa lepas begitupun dengan peserta yang mengikuti kegiatan microteaching. Selain kegiatan microteaching dilaksanakan juga kegiatan pengabdian dosen dengan target sasaran para warga yang dilaksanakan di balai.
“na.. dosen dari fisika belum dateng, gimana ya” Sari mulai khawatir
“warga udah pada dateng ya?”
“iya.. soalnya materi dari dosen fisika itu jam pertama baru dilanjut dari dosen biologi”
“kalau di lukir dosen biologi duluan gimana?” Iyana mencoba mencari solusi
“masalahnya dosen biologi juga belum dateng”
Tak ingin mengecewakan warga yang sudah datang tapi kendala teknis  terjadi lagi. Akhirnya moderator pun menghibur para warga terlebih dahulu agar tak bosan.
“Na, dosen biologi udah dateng”
“Alhamdulillah sip sip berati dilukir aja ya biologi duluan baru setelahnya dari dosen fisika sampaikan kepada para warga”
“oke siap”
Kegiatan microteaching dan pngabdian dosen berjalan dengan lancar meski terdapat beberapa kendala, semuanya dapat teratasi dengan baik begitupun dengan kegiatan tabligh akbar warga yang hadir bahkan sangat ramai.

20 Desember 2019
Hari ini adalah hari ketiga kegiatan Karya Wisata Ilmiah yang tak kalah padatnya dengan  hari kemarin. Setelah melaksanakan briefing pagi seperti biasa masing masing panitia menjalankan jobdesc sesuai dengan arahan. Adapun rangkaian kegiatan hari ini adalah :
1.      Kerja bakti,
2.      Microteaching
3.      pelatihan pembuatan pakan ikan
4.      Lomba anak anak
5.      Pembuatan sabun cair
6.      Lomba kreasi masak ibu-ibu
7.      Pembelajaran TPA
8.      Nonton bareng

Waw, kaget gini setelah melihat rundown acara yang begitu padat, tapi jurus andalan dengan sigap semua panitia memiliki peran saling menguatkan dan bersama sama menjalankan secara maksimal. Panitia acara dibagi beberapa pj ada  yang fokus di bagian kerja bakti ada yang di microteaching dan ada yang di pelatihan pembuatan pakan ikan.  Kegiatan Kerja bakti dilaksanakan di sekitar balai desa dan rumah warga. Canda Tawa peserta dan warga sangatlah hangat sehangat mentari pagi yang mulai menampakan sinarnya.
ngeneki nak nyekel arit” (begini kalau memegang sabit) ucap salah satu warga kepada peserta kegiatan sembari mempraktikan cara memegang yang benar
“oh iya pak” jawab peserta sembari tersenyum renyah
Begitulah keseruan yang dirasakan mendapat pelajaran berharga dari bapak bapak warga desa, karena pada daarnya setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah. Tidak malu untuk belajar dengan siapapun tidak malu mencari ilmu dimanapun.  Selain kegiatan Kerja bakti kegiatan microteaching masih dilaksankan dan perwakilan peserta tetap menjadi agen kebaikan di kegiatan tersebut
“Ri.. datar hadir kegiatan microteaching untuk hari ini udah”
“oh iya belum, sory sory.. ntar diantar kesana ya”
Peran penting dalam sebuah kepanitiaan adalah saling mengingatkan satu sama lain. Sehingga tidak ada lagi yang namana miss komunikasi ya meskipun masih sering terjadi
“kak, Tadi kakak kemana? yang ngasihin plakat pelatihan pakan ikan jadinya Angga”
“maaf kakak ketiduran” balas Kak Udin melalui via Whats App
“hmm..”
Ketua pelaksana di cariin gak ada ternyata ketiduran. Beruntungya untuk pemberian plakat dapat di diwakilkan. Selesai percakapan singkat dengan ketua pelaksana via whats app Riri memutuskan untuk kembali pulang kerumah karena hari ini adalah hari jum’at dan muslim laki laki melaksanakan shalat jum’at. Setibanya dirumah Riri pun segera makan bersama beberapa anggota, dan melaksanakan shalat duhur. Gerak hari ini harus dipercepat karena jam 13.00 WIB harus sudah berada di pusat acara dilanjut dengan kegiatan lomba anak anak dan pelatihan pembuatan sabun
“Ri, ayok buruan mau bareng gak?”
“mau,  tungguin” balas Riri sembari mengenakan kaos kaki
“ri, coba hubungi Angga ya, dia udah balik ke pusat acara atau belum”
“oke” sembari mencari ponsel di tas kecil berwarana merah muda yang selalu dibawa nya
“gimana udah dihubungi Ri”
“loh, HP ku kok gak ada ya”
“nah dimana? Coba dicari yang bener, atau ketinggalan dirumah”
“yaudahlah nanti aja, kita ke pusat acara dulu. Daftar hadir peserta harus disiapkan”
Riri memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan ke pusat acara, untuk menyiapkan daftar hadir dan lain sebagainya. Kertas-kerta daftar hadir semakin berserakan di ruangan, Ruang berdiding putih berukuran 4x4 seolah menjadi saksi betapa seru nya pekerjaan ini, tak banyak yang bisa dijelaskan hanya saja mereka bisa memahami.
Pelatihan pembuatan sabun dilakasankan di pusat acara dengan menghadirkan dosen kimia yang ahli di bidang pembuatan sabun. Sabun ini dapat dimanfaatkan oleh masayarakat seperti  sabun yang dijual dipasaran bahkan untuk kualitas dan aroma nya tak kalah dengan merk ternama. Para warga sangat antusias memperhatikan teknis dan cara pembuatannya. Adapun bahan dan alat yang digunakan cukup sederhana serta hemat biaya
“dari tadi di hubungin susah banget kemana aja” Suara tegas ketua pelaksana mulai muncul kepermukaan
“hape ku gak tau kemana, dari tadi dicari gak ada”
“coba dicari dulu”  
“kak coba dicari lewat gmail” celetuk suara Adin dari sebrang ruangan”
Beberapa orang di ruangan itu membantu mencari keberadaan ponsel Riri dengan bantuan Gmail.
“kayaknya ponsel mu dirumah geh, soalnya di maps ini arah ke rumah. Tapi ini belum akurat si”
Riri pun segera menuju rumah untuk mencari kembali ponsel yang hilang. Kurang lebih 30 menit Riri mencari di setiap sudut ruangan, mencari di atas tumpukan tas, dan tempat tempat yang dilewati Riri. Sampai akhirnya waktu menujukan pukul 15.30
“Irda, ikut aku yuk..” Ucap Riri setelah melaksanakan shalat Asar
“kemana?”
“cari hp aku yang hilang, kita minjam motor Ahmad”
“oke oke yok,”
Riri dan Irda mengikuti arah maps yang ditunjukan oleh akun gmail. Sengaja Riri meminjam motor Ahmad untuk mencari ponsel tersebut.
“Ri,mau kemana?” tanya Tian dari sebrang
“cari hape aku..”
“aku ikut..”
“oke baiklah..”
Riri, Irda, Tian dan Anwar menuju lokasi. Se sampainya di dusun 4 kami bertmu dengan salah satu pamong dusun, kami menceritkan apa yang sebenarnya terjadi dan arah maps pada akun gmail tersebut mengarah ke daerah ini. Tapi jujur kami tidak tau tepat lokasi nya dimana sehingga kami bermaksud meminta arahan dari pamong tersebut
“lah kok bisa di daerah sana ya?” tanya bapak Madyanuri selaku pamong dusun
“memangnya itu daerah mana ya pak?”
“ya itu sudah memasuki kawasan perkebunan dan ladang”
“berarti disana sudah tidak ada penduduknya dong pak’ balas Tian
“ya gak ada, apa mau coba kita cari kesana”
“walah makasi banyak lo pak..” balas Riri dengan semangat

Mengikuti jalan setapak, menyusuri rerumputan hijau terhampar, Lembayung senja pun begitu bersahabat.  Suasana sore itu seolah menggambarkan tidak terjadi apa apa, percaya dan yakin hal ini akan baik baik saja. Kendaraan bermotor kami pun kami tinggal di pinggir jalan.  Riri berjalan lebih dulu dibandingkan Irda dan Tian, sementara Anwar bertugas menjaga motor yang kami titipkan.
Mengikuti arah semakin dekat yang ditunjukan oleh Maps, Tian mencoba menelvon melalui akun whats app sementara Irda dan Riri mengikuti langkah Tian dibelakang. Anehnya ponsel Riri di akun whats app berdering tetapi tidak terdengar suara sedikitpun padahal hp Riri tidak pernah di silent. Sekitar 20 menit terus mencari Riri merasa sedikit lelah dimana cuaca sore itu masih sangat terik. Riri memutuskan untuk duduk sejenak di antara galengan sementara Irda masih terus mencari kearah selatan mendekat kea rah hilir sungai.
“udah jangan sedih, mungkin kejadian ini bisa jadi pembelajaran untuk kita. Dan digantikan dengan yang lebih baik” Ucap Tian mencoba menghibur Riri sembari menggerakan sebelah alis kanan nya.
Riri pun memerhatikan sepatu mereka dan menyadari kaki mereka terlalu dekat. Riri pun segera berdiri berpindah tempat dari samping Tian. Irda dan Tian tersenyum mencoba menguatkan sekali lagi.
“Ri, sini geh”
“iya da, gimana ?” balas Riri
“aku bingung ini udah di titik nya, kalau aku geser ke kanan menjauh kalau aku geser ke kiri juga menjauh, tapi disini gak ada hp nya”
“oalah.. yaudah deh kalau emang gak ada. Sebentar lagi juga mau magrib kita harus kembali ke pusat acara”
“kamu beneran ikhlas?”
“iya inshaallah”
Riri, Irda, dan Tian memutuskan untuk kembali ke pusat acara karena dirasa pencarian mereka sudah maksimal meski hasilnya tidak ditemukan.
“mataharinya bagus, coba liat geh” ucap Tian sembari menunjuk kearah matahari berwarna kuning jingga yang perlahan mulai tenggelam
Perjalanan pulang Irda berjalan lebih dulu dari Tian dan Riri sementara Tian usil mengaambil setiap alang alang yang tumbuh disekitar jalan setapak. Sesampainya di pusat acara Tian segera mengembalikan motor Ahmad dan meletakkannya di tempat parkir
“maksud lo apa..?” Ahmad langsung mengahampiri Tian dengan nada yang sangat kasar
“ada apa?” Balas Tian bingung
“lo minjem motor gua tanpa ngasih kabar ke gua, dan lo dihubungin dari tadi gak bisa, motor ini penting banget bagi gua. Lo tau gua keteteran tadi ngurusin acara. Mikir woyy”
“udah udah” balas Aulia mencoba melerai
Tian pun spontan memeluk Ahmad dan mencoba menenangkannya.
“Ahmad, maaf ya gara gara Riri lo jadi keteteran ngurusin acara disini. Maaf kalau Tian gak kasih kabar kalau minjem motor lo karena Tian tadi hapenya lowbat. Sebelumnya kan gua udah bilang kalau pinjem motor lo buat cari hape gua yang hilang”
“ya harusnya lo mikir jam berapa ini? Udah tau sore belum juga dibalikin. Fikiran gua udah kemana mana. Mana kontak motor ditinggal gua khawatir Ri..” nada membentak
“udah-udah, gak ada ada yang salah kok disini.. udah ya” Aulia sekali lagi mencoba menenangkan Riri dan Ahmad
Tangis Riri pun tak terbendung lagi, saat itu juga Riri menangis di depan Tian dan Ahmad.
“ya kan gua udah bilang kalau minjem motor buat cari hape gak bakalan sebentar. Hape gua ilang gangerti banget sih” balas Riri sembari mengusap air matanya yang semakin deras
“waduh dua duanya malah jadi nangis gimana ini?” Aulia bingung
Riri pergi meninggalkan Tian, Ahmad dan Aulia. Ia berlari menuju balai untuk menahan air matanya. Di ruang 4x4 berdinding putih Riri mencoba menghentikan tangisnya
“dek yang sabar ya.. dah jangan nangis lagi” ucap mba Mia sembari memeluk Riri.
“iya mba..”
“Mungkin tadi Ahmad lagi emosi aja, Riri jangan nangis ya”
Riri megusap air matanya, mencoba paham dengan kejadian sebelumnya.
“Allahuakbar- Allahuakbar” suara adzan magrib berkumandang
“dah yok kita shalat dulu biar tenang” mba Mia kembali menenangkan sembari menggeggam tangan Riri untuk segera beranjak melaksanakan shalat magrib.
“gua minta maaf ya mad”
“gua yang seharusnya minta maaf, gak seharusnya tadi gua ngebentak lo.. bener kata Tian gua yang terlalu emosi dan gak mahamin keadaan lo”
“yaudah kita sama sama maaf an ya”
‘yey.. akhirnya baikan” balas Tian tersenyum renyah
*
Lomba kreasi masak ibu-ibu dilaksanakan dirumah masing masing dengan bahan dasar berupa tempe. Setiap kelompok memiliki kreasi yang bermacam macam bahkan ada yang sangat unik. Tak disangka salah satu kegiatan ini sangat di apresiasi oleh Ibu Ibu PKK yang memiliki peran penting di desa tersebut. Kegiatan ini dilaksankan bertujuan untuk meningkatkan keakraban peserta dengan tuan rumah serta rasa kekeluargaan masing masing kelompok. Hasil dari lomba kreasi masak sebagian diserahkan panitia dan sebagian nya lagi untuk masing masing kelompok.
“Gila ini makanan banyak banget” ucap Aziz dengan mata berbinar binar
“kalau mau ya makan aja” balas Novi salah satu paniti acara
“weh, gua juga mau.. ini di bagi rata untuk panitia atau digasak aja” Rafa tak mau kalah
“gasak aja weh” balas Rendi (manusia paling gercep kalau ada makanan)
Dasar panitia, giliran ada makanan aja langsung diserbu. Entah atas izin rendi atau siapa yang jelas makanan itu ludes dalam sekejap tempe yang biasa dikatakan makanan sederhana saat itu berubah menjadi sangat istimewa. Tangan tangan kreatif peserta dan Ibu Ibu yang handal dalam mengolah makanan menjadi luar biasa.
Kegiatan dilanjutkan pukul 19.00 dengan agenda nonton bareng
Setelah melaksankan shalat magrib seluruh koordinor  berkumpul kembali di pusat acara dan melaksanakan briefing. Moment paling menyenangkan adalah ketika ada divisi yang mulai gupek eh sory sory maksudnya ketika ada divisi yang sudah siap.
Kak udin (ketua Pelaksana) : “cek cek.. acara gimana film udah siap?”
Dani : “siap boss”
Ahmad : “kak, Lcd kemarin ditarok mana , kok cuman satu?”
Kak Udin : “waduh la dimana”
Ferdi : “operator film siap”
Yudi : “konsumsi tamu  undangan siap, yang belum makan cepet kerumah konsumsi nanti gak kebagian”
Angga: “kak butuh daftar hadir enggak”
Kak Udin: “daftar hadir perlu, LCD kayaknya satu aja cukup banner backdrop buat layar jangan lupa, yang belum makan makan dulu”
Pras : “tukang parkir siap dan keamanan ” sembari tersenyum renyah
Aldi: “peserta dan warga dalam perjalanan menuju pusat acara”
Ahmad : “oke kak, LCD berate satu aja, selain itu ada lagi gak yang dibutuhin?”
Dani : “udah kok,”
Setelah selesai briefing, semua coordinator menyampaikan ke anggota untuk segera menjalankan jobdesc.
20.00
“udah jam segini kok belum mulai kenapa?” Tanya Kak Rey kepada salah satu panitia DDD
“Laptopnya gak kenak kak” Ucap Ferdi menjelaskan
“buru ganti laptop, pakai punya siapa dulu gitu”
“duh ga ada laptop lagi”
“apanya yang gak kenak, tadi kena kok” balas Vando pemilik laptop
“yaudah coba di cek lagi van, barangkali kamu yang megang bisa”
Sementara para warga sudah mulai ramai dipusat acara. Anak anak berusia sekitar 10 tahun sudah tak sabar menunggu film yang akan di putar. Sekitar 5 menit vando megoperasikan laptop miliknya hingga akhirnya film pun berhasil diputar. Yo Wes Ben merupakan film yang dipilih alasan memilih film ini adalah cocok disemua kalangan baik anak muda dewasa bahkan juga anak anak karena di dominasi oleh bahasa jawa yang khas.  Tarub berukuran… dipenuhi warga dan peserta, bahkan sampai menyediakan banner yang berukuran cukup lebar untuk warga yang baru datang.
Riri, Santi, Kak udin, Mba Mia, Mba Chika dan Hesa duduk di sekitaran tempat parker sembari menunggu motor motor warga.
“ Ri, ini namanya Handdy Talky, dari sini kamu bisa denger suara, terus ada tombolnya juga terus kamu bisa ngobrol pakek ini caranya gini nih” sambil mempraktikan cara penggunaannya ditambah senyum nya mengejek seolah-olah Riri tidak tau menau soal HT
“kak Riri juga tau itu namanya HT” balas Riri sedikit kesal
 “Dasar Udin, ya keles Riri gatau HT ” balas Mba Chika yang kebetulan disamping Riri juga
“Ya barangkali HT bisa gantiin hape dia yang hilang kan ” balas Kak Udin tak mau kalah
Selesai perdebatan masalah HT. kegiatan nonton bareng warga pun selesai. Sekitar pukul 22.00 seperti biasa dilaksankan rapat evaluasi serta pembahasan untuk kegiatan keesokan harinya.
“Na.. Rute untuk jalan sehat mana? Tanya Santi sembari membawa secarik kertas denah desa
“oh iya itu mau dirapatin lagi malem ini” balas Iyana
“jangan lupa bagi fitbar” Tian mencoba mengingatkan
“nah iya kira kira bagi fitbar nya diamana ya” Yudi pun menyahut dari balik Tian
“udah di awal aja pas mau berangkat” Santi memberi saran
“lah kalau pas mau berangkat warga desa dan peserta yang udah dapet fitbar bisa aja kabur kan” balas yudi
“hmm iya juga, apa pas di perempatan deket pusat acara ya?” Tian mencoba memberikan solusi
Malam kian larut pembahasan rute jalan sehat belum juga ditemukan, ditambah pembagian fitbar dan pengumpulan kupon, sementara estimasi waktu juga perlu dipertimbangkan supaya tidak ngaret.  Jam 00.00 briefing pun masih dilanjut konsep untuk kegiatan hari ke empat harus benar benar lebih maksimal dari hari sebelumnya.
“besok kan ada formasi KWI nah drone gimana udah siap?”
“udah siap kok”
“oiya besok juga medis ada donor darah, jangan lupa ruangan disiapkan”
Setelah semua dipastikan benar benar siap akhirnya briefing malam itu pun selesai sekitar pukul 01.30.

 21 Desember 2019
Kegiatan jalan sehat dilaksnakan pukul 07.10 WIB. sedikit ngaret 10 menit, kebetulan rute yang dipilih adalah rute yang tepat tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Setiap pertigaan dan perempatan di jaga oleh beberapa panitia expun dan medis yang bertugas untuk menertibkan peserta dan warga serta medis bertugas untuk berjaga jaga apabila ada yang sakit atau lain sebagainya.
Setelah selesai jalan sehat kegiatandilanjt dengan senam. Sekitar 1 tahun lebih semenjak lulus SMA banyak panitia yang lupa dengan gerakan senam sampai akhirnya Rendi Aulia dan sukma memberanikan diri maju ke atas panggung mnejadi instruktur senam. Peserta kegiatan KWI, Ibu ibu PKK, anak anak SD, dan para warga asik  dan penuh semngat mengikuti gerakan senam yang di contohkan Rendi, Aulia, dan Sukma.
“Lan ruangan untuk donor darah gimana? Udah beres” taya Riri mencoba memastikan
“udah Ri, oiya jangan lupa daftar hadir untuk peserta yang daftar donor darah ya”
“oke udah kok”

Kegiatan donor darah diperuntukan untuk umum boleh dari masyarakat, panitia dan juga peserta kegiatan. Kegiatan donor darah ini di support oleh TIM PMI. Jumlah panitia medis sekitar 20 an tetapi sudah terbagi rata masing masing pj ada yang berjaga di pusat acara, dan ada pula yang bertugas di kegiatan donor darah.
“yunda..” ucap salah satu peserta kegiatan yang datang ke posko donor darah
“iya dek gimana, kamu mau donor darah?” balas Lanwa sembari mengambil pulpen dan kertas untuk mencatat namanya
Pasien meminta oksigen karena dirasa dirinya sangat lemas. Segera Lanwa memanggil Tim PMI utuk meminta bantuan pertolongan pertama. Pasien segera di pasangkan olsigen dan ditenangnkan oleh  Tim PMI namun setelah 30 menit penanganan paien tidak sadarkandiri, badan nya kaku dan gemetar akhirnya tim PMI dan medis memanggil tenaga kesehatan di desa tersebut. Akhirnya Tim kesehatan menyarankan agar pasien segera dirujuk kerumah sakit. Dengan sigap Adin selaku coordinator medis mengambil tandu dan memindahkan pasien ke ambulance. Lanwa pun ikut di dalam Ambulance tersebut di dalam ambulanfce pasien diganti oksigen tetapi badan nya masih kaku dan semakin dingin. Perlahan nafas nya mulai stabil dan muntah kemudian tak adarkan diri kembali. Lanwa merasa sangat khawatir fikirannya tak karuan dan untuk pertama kalinya Lanwa merasakan naik ambulance. Setelah Sampai dirumah sakit paie pun segera ditangi oleh dokter.
“wa, gimana keadaanya yuswan” Tanya Adin yang datang sembari membawa data data yuswan
“hmm,, kita doakan saja ya masih didalem ruangan soalnya”
“iya wa”
Doa doa terus dipanjatkan,berharap agar tak terjadi apa apa beruntungya dengan sigap yuswan dibawa kerumah sakit sehingga dapat ditangani dengan cepat oleh dokter.
Di pusat Acara
Persiapan pembuatan formasi dilaksnakan di lapangan futsal pusat acara. Formasi yang dibuat adalah logo KWI ke 30 sembari membawa balon warna warni. Kebetulan cuaca sangat terik sehingga peserta bnayak yang merasa kepanasan. Tapi cuaca siang itu tak menyulutkan semangat mereka. Panitia DDD bertugas mendokumentasikan dan panitia Expun bertugas menertibkan barisan yang kurang rapih. Setelah selesai pengambilan doumentasi menggunkkan drone peserta pun diizinkan pulang kerumah masing masing untuk beristirahat.
Rumah HK
 “nanti malem kan acara puncak kita bakar ayam yok” celetuk Agung sembari menikamti makan siang
“hah?, nanti malem tugas kita itu banyak, jaga parkir jaga keamananan” balas pras selaku koor Hk
“ya nanti bisalah diatur waktunya, sore kita masak jadi selesai magrib langsung makan dan setelah itu langsung cus siap bekerja nah kita ajak tuan rumah buat makan bersma supaya kerasa feel nya”
“betul banget setuju gua sama agung” balas Awan
“ri lo yang masak ya, atau yang beli ayam?”
“beli ayam aja, maaf gabisa masak” balas Riri dengan jujurnya
Boleh dikategorikan ini melanggar si, tapi kalau dipertibangkan boleh juga idenya. Akhirnya divisi kestari dan Hk sore itu memasak ayam yang jumlahnya sekitar 4kg. Setelah persiapan dan bumbu bumbu siap segera deh ayam di masak kebetulan kedua divisi ini tak kalah jago masak dari divisi konsumsi.

19.00 WIB
“hayuk.. buruan kita mulai aja makannya”
“tapi Awan belum dateng”
“lah kemana pula dia ini”
“ngambil nasi dirumah konsumsi”
Sekitar 10 menit menunggu awan yang tak kunjung datang akhirnya kedua divisi tersebut untuk segera melanjutkan makan malam.
“nanti bagian punya Awan pisahin, kita harus gercep keburu acara penta seni nya mulai dan gaenak sama divisi lain” Agung mencoba memberi solusi
“oke oke”
“cek cek… Hk dan kestari dimana? Ini parkir belum ada yang jaga, daftar hadir sudah siap belum” suara ketua pelaksna kembali muncul dari HT
“hayolo, siap siap dimarahin heheh”
“udah udah buru buru makannya, kita udah ditungguin”
Selesai makan barulah awan datang membawa nasi. Telat lu wan, sini udah selesai situ baru dateng. Beruntungya kali ini Awan gamarah gengs.. entah kesambet apa dia tetep nyelo aja. Dan melanjutkan makan sendiri sementara panitia lain segera meluncur ke pusat acara
“dari tadi kemana aja” semua divisi ternyata mencari divisi HK dan kestari
Sedikit merasa bersalah karena tidak tepat waktu, parkir warga dan panitia tercampur, barang barang di SD tidak ada yang menjaga dan parahnya daftar hadir belum di print. Sory ya gais ini kesalahan tersbesar karena faktor kesengajaan eh maksudnya ketidaksengajaan.
Malam Pentas seni dan upacara penutupan merupakan rangkaian terakhir kegiatan Karya Wisata Ilmiah dimana setiap jurusan menampilkan satu jenis penampilan dengan syarat sopan dan tidak mengandung unsur sara.  
“beri tepuk tangan yang meriah..” suara Mc yang memeriahkan susasana
Suara tepuk tangan sangat meriah kembali memecah heningnya malam. Para warga asik menikmatinya. Alhamdulillah tidak sia-sia acara ini persiapan selama kurang lebih 4 bulan dapat memberikan kesan yang indah di desa ini meskipun terdapat kendala sana sini tetap dapat teratasi. Upacara penutupan dan pentas seni ditutup oleh bapak kepala desa tambah hiasan kembang api yang menghiasi langit langit desa Tambah Dadi. Tidak hanya peserta kegiatan yang menapilkan pentas seni tetapi perwakilan dari desa juga menampilkan sebuah puisi Suasana haru pun mengiringi 5 hari bersama para warga yang bagi kami sudah seperti keluarga sendiri hingga acara selesai sekitar pukul 23.00 WIB
*
“mad .. yang jaga barang di SD siapa?” tanya Aulia
“Nah gua kira lo disana?”
“gawat gawat tadi ada orang menggunakan pkaian hitam-hitam terlihat dari balik jendela SD gua gaberanu terus gua lari kesini” balas Riki salahsatu anggota keamanan
“yaudah kita jaga kesana” balas Aulia memberanikan diri
Memang sosok wanita tangguh, tak ada sedikit pun rasa takut yang ada ingin mengungkap siapa kah gerangan berani beraninya mengganggu. Setelah sampai di SD Aulia memastikan barang barang peserta kegiatan tidak ada yang hilang.
“jegrek…” suara dari balik jendela
“siapa disana” Aulia mencoba mendekat kea rah jendela
“eh jangan kesana, nanti kalau lo kenapa napa gimana”
“ya gua penasaran itu manusia atau mahkluk halu sebenarnya’
Setelah kejadian itu akhirnya panitia perlengkapan dan keamanan berjaga di SD supaya barang barang tetap aman.
Udah mau selesai ceritanya masih aja ada konfliknya heran deh sama alur cerita kegiatan ini

22 Desember 2020
Salam untuk Tambah Dadi
Sedikit gerimis datang pagi ini membasahi dedaunan hijau dan kemarau terlibasi, tapi kan kemarin udah hujan. Eh maksudnya hujan kembali merindu lagi kepada bumi.
477 peserta kegiatan, 75 kakak asuh dan 136 panitia berat rasa hati meninggalkan Desa Tambah Dadi tercinta ini, lima hari mampu memberikan kesan dan cerita terbaik. Maaf Pak Bu jika selama kegiatan banyak kesalahan yang dilakukan baik disengaja ataupun tidak sengaja. Kami belajar banyak di desa ini, ada yang tidak bisa memasak sehingga terpaksa harus belajar masak, ada yang tidak bisa memgang sabit akhirnya bisa menggunakanya, bahkan apa apa yang kami sampaikan tidak akan pernah sama dengan kebaikan yang Bapak Ibu berikan, kami tidak bisa melakukan lebih tapi kami senang bisa mengabdi di desa yang penuh dengan cerita. Esok lusa jika ada kesempatan lagi kami sempatkan main lagi dan bercerita tentang kami, KWI, dan Tambah Dadi.


Epilog
Riri melanjutkan langkahnya
“Ri..tunggu” sekali lagi suara dari sebrang dan kali ini lebih terdengar jelas
“Iyana ?”
“Lah mau kemana? Kan kita ada meet up seluruh koor sekor KWI”
“Iya dari tadi aku nungguin udahan, gak ada yang kasih kabar yaudah lah pulang aja”
“Lah emang lo nunggu dimana”
“Disitu” sembari menunjukan tempat Riri memsan martabak dan minuman tadi.
Iyana pun tertawa begitu lepas didepan Riri
“Lah kok malah ketawa sih?”
“Lo salah tempat Ri, pantesan aja gak ada orang yaudah yuk kesebelah sana ”
Riri pun melihat tempat yang ditunjukan Iyana dan ternyata sudah sangat ramai
Ada Aldi koor expun yang masih sama terlihat sangar, Santi sekor expun yang mulai terlihat recehnya bersama Lanwa aduh makin gajelas, Dani yang santuy banget karena udah kelar acaranya, Pras koor HK yang masih dengan topi kesayangannya,  Fiya  dan shava yang masih tetep kalem banget,  Aulia yang juga baru datang dengan khas ngebutnya (padahal udah deket), Ahmad yang asik bermain game di ponselnya karena udah gak gupek sama barang barang perkapnya, Tian yang udah asik sama martabak messes nya, Yudi juga udah makan duluan aja, Adin yang makin gak keliatan wajahya karena rambutya, Mba Ufi sekor konsumsi yang asik mencicipi makanannya, Tika dan Ferdi yang masih garap video after movie dan terakhir Angga yang baru memesan makanan.
Oh iya 3 orang lagi
Kak Udin yang lagi gabut kayaknya, dan mba Ifa yang lagi asik ngobrol sama mba Mia.
Riri pun segera masuk ditemani Iyana
“Dari mana aja ri?” tanya Tian
“Salah tempat” jawab Riri edikit kesal
Sontak semua pun tertawa mengejek Riri. Lagi lagi Riri melakukannya salah tempat bukan lagi hal yang biasa. Satu bulan lebih tidak berjumpa mereka setelah hari terakhir didesa. Dan kali ini betapa senangnya bisa berjumpa dengan mba Ifa yang sebelumnya tidak dapat membersamai kita selama kegiatan KWI. Luka ditangan dan sedikit wajahnya sudah mulai mengering dan kami siap menceritakan nya
“Mba sini geh aku certain KWI dari hari pertama” Ucap Riri
“Aku juga mau cerita” Sahut Tika menyela
“Aku dulu geh yang cerita” balas Iyana tak mau kalah
Mba Ifa dan mba Mia pun penuh dengan senyuman melihat adik-adiknya yang berebut cerita
“Oke, moment kali ini kita dokumentasikan ya” Kak Udin akhirnya berbicara
“Siap” jawab semua
“Semuanya cis…..” tertawa bahagia


People Come and Go

Hadirnya setiap orang yang kita temui dalam kehidupan ini tidak ada yang terjadi secara kebetulan, melainkan sudah ditulis dan dicatat dalam...