Rabu, 26 Agustus 2020

Peluru Kupu-Kupu

 


Mentari tak malu-malu menampakan sinarnya semburat warna jingga mulai mewarnai canvas biru muda . Embun masih berselimut  tebal di dedaunan hijau  bersama angin sejuk menyapa kota Bandung pagi itu. Jalanan mulai ramai, orang-orang berlalu lalang menjalankan aktivitasnya. Begitu pun dengan Fahri yang telah menyelesaikan rutinitas paginya yaitu murajaah kemudian bersiap-siap menuju sekolah. Muhammad Fahri nama lengkapnya saat ini sedang menempuh pendidikan di salah satu Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMAIT) di daerah Bandung Barat. Fahri adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Kakak pertamanya perempuan kemudian adiknya laki-laki.

Buku- buku pelajaran dan buku tugas dimasukan kedalam tas tak lupa buku kecil yang selalu ia bawa kemanapun perginya. Didalam buku kecilnya Ia menuliskan 100 impian yang akan diwujudkannya dan salah satu cita-cita yang paling membara adalah menuju negeri Palestina memperjuangkan tanah Al-Aqsa yang menjadi tempat paling bersejarah saat peristiwa isra’ mi'raj Rasulullah. Fahri tergolong siswa yang aktif di sekolahnya dan di tahun ini pula dia diamanahkan sebagai Wakil Ketua OSIS. Meskipun Ayahnya merupakan salah satu pimpinan di sekolahnya hal itu sama sekali tidak membuat Fahri merasa tinggi hati. Selain aktif disekolah Fahri juga aktif di beberapa komunitas di lingkungan sekitarnya.

“Fahri, Senin  besok kamu jadi petugas pengibar bendera ya. Nanti sore kita latihan di lapangan Enggal oke” Ucap Rama (salah satu temannya di ekstra paskibra)

“Oke siap”

Sore itu tanah lapang nan hijau menjadi saksi semangat para petugas upacara. Angin sepoi-sepoi  mengiringi suara derap langkah pasukan pengibar bendera. Lembayung senja mulai terlihat di ufuk barat menandakan waktu magrib akan segera tiba. Sampai saat itu pula Fahri belum juga datang. Hingga akhirnya Fahri mengirimkan sebuah pesan yang berisikan bahwa tidak dapat mengikuti latihan. Betapa kesalnya Rama kali itu tidak pernah-pernah nya Fahri melupakan sebuah janji apalagi tanpa konfirmasi dan ini sudah terlalu sore untuk memberi kabar kalau ia tidak bisa hadir.

 “Temen-temen Fahri hari ini tidak bisa ikut latihan ada urusan urgent tadi katanya. Yaudah ya latihannya, udah sore juga. Semoga besok lancar perlengkapan jangan sampai ada yang tertinggal” Ucap Rama kepada teman-teman nya sembari mengenakan sepatunya.

“Kepada bendera merah putih hormat grak..” Suara tegas pemimpin upacara

Bendera dinaikan perlahan diiringi dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Seluruh peserta upacara dengan antusias memperhatikan moment paling ceremonial saat detik-detik pengibaran bendera.

“Fahri, tarik lagi benderanya” ucap Rama lirih sembari melirik keatas yang saat itu bendera baru naik setengah tiang

“Gak bisa..udah gua tarik  ini udah mentok” balas Fahri sembari menarik tali bendera

Lagu Indonesia Raya telah selesai dinyanyikan sementara posisi bendera masih naik setengah tiang. Guru-guru dan peserta upacara seikit heran dan bingung kenapa para petugas bisa melakukan kesalahan yang cukup fatal.

“Gara-gara lu sih kemarin gak latihan” ucap Rama melirik sinis kearah Fahri

Fahri merasa sangat bersalah. Mereka bertiga pun dengan sigap kembali ke barisan pasukan pengibar seperti tidak terjadi apa-apa. Bendera itu berkibar namun hanya setengah tiang. Sampai tibalah saatnya Bapak Kepala sekolah selaku pembina upacara menyampaikan amanat.

“Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh,  innalillahi wa innailaihi raji’un”

“Walaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh” balas seluruh peserta upacara

Peserta upacara pun kaget dengan mukadimah pertama yang diucapkan bapak kepala sekolah

“Barusan saya mendapat kabar bahwa Ayahanda dari Muhammad Fahri meninggal dunia dan saat ini sedang perjalanan pulang dari rumah sakit dan kita doakan semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT”

Sontak bak petir menyambar seluruh persendian Fahri. Hatinya seperti melebur berkeping-keping. Fikirannya kembali mengelak ini tidak mungkin terjadi. Fahri lari meninggalkan barisan disusul Rama mencoba menemani sahabat terdekatnya itu. Ponsel Fahri kembali berdering panggilan masuk dari Umi. Rasa sesak menyelimuti hatinya duka mendalam dirasakan hari ini. Abi yang menjadi super heronya kini telah pergi.

“Fahri yang sabar ya, maaf kalau tadi gua sempet marah soal kemarin lo yang gak ikut latihan” Ucap Rama sembari merangkul Fahri

“Iya gak papa ma, maaf juga hari sebelumnya tidak bisa latihan karena mengantar Abi kerumah sakit. Mungkin juga ini sudah rencana Allah pertanda Abi akan pergi” Balas Fahri sembari menyeka air matanya

Sekitar 2 bulan berlalu setelah kepergian Abi, Fahri sempat membuka kembali buku-buku bacaan Abi dan Fahri menemukan secarik kertas yang bertuliskan mimpi-mimpi yang ingin diwujudkan Abi nya.  “menjadikan keluarga yang mencintai Al-Quran, senantiasa dekat dengan Al-Qran dan generasi penghafal Al-Quran. Mengibarkan  panji Islam ditanah Al-Aqsa bersama para mujahid yang berjuang”. Sontak tulisan itu seperti membius Fahri. Raga dan jiwa nya kembali terisi semangat menerima aliran energi untuk mewujudkannya.

“Percayalah Abi aku pasti bisa mewujudkan nya mimpi-mimpi Abi itu”

Fahri menceritakan ke Umi, kakak serta adik-adiknya tentang tulisan Abi. Tenyata Umi sudah mengetahui misi yang dibuat Abi sejak awal bertemu Abi dulu dan visi yang dibuat adalah lurus mencari keridhaan Allah. Supaya kelak bisa bertemu kembali di Surga-Nya. Suasana haru menghiasi ruangan berdinding putih. Hati mereka terikat kuat atas kecintaan pada Rabb-Nya.

 “Mi, sebentar lagi kan aku lulus SMA. Aku gak langsung kuliah lah mau ngewujudin cita-cita Abi. Aku mau  berangkat ke pondok tahfidz aja ya mi” Ucap Fahri sembari mengerutkan sebelah alisnya.

“Terus kalau kamu udah jadi penghafal Al-Quran, udah cukup?” balas Umi

“Enggak lah mi, inget pesen Abi bukan hanya sekedar menghafal tapi bagaimana caranya agar senantiasa dekat dengan Al-Quran setelah selesai hafalanya maka sepanjang hidup murajaah nya”

Setelah lulus dari SMA IT ternama di Bandung. Fahri membulatkan tekadnya sengaja menunda setahun tidak melanjutkan ke dunia perkuliahan melainkan ke salah satu pondok tahfidz di daerah Bekasi. Disana Fahri merasa sangat beruntung sekali karena  bertemu dengan teman- teman yang sangat mencintai Al-Quran. Di Pondok Fahri juga menyukai olahaga memanah. Seperti yang dikatakan Abi sewaktu Fahri masih kecil supaya bisa seperti sa’ad bin Abi Waqqash  pemanah hebat zaman Rasulullah.

“Minggu depan ada pembukaan pendaftaran relawan di Palestina. Yang ingin mendaftar formulirnya  bisa diambil di kantor ya” Ucap salah satu pengurus pondok

Pengumuman itu sontak menggetarkan hati Fahri. Bukan sekedar pendaftaran biasa tapi pendaftaran relawan palestina yang sangat ingin diwujudkannya serta mimpi-mimpi Abinya. Segera Fahri menuju kantor dan menanyakan ke pengurus pondok terkait pendaftran relawan tersebut. Dibacanya satu persatu persyaratan poin demi point berhasil ia ceklist menandakan memenuhi persyaratan . Namun ia menandai satu nomor yang baginya sangat berat dan apakah akan berhasil menceklist point nomor pertama tersebut.

 “Mi ada pendaftaran relawan Palestina Fahri boleh daftar gak ya mi?”

Entah bagaimana perasaan Umi Fahri kali itu. Anak yang paling dikasihinya memiliki tekad luar biasa untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Sementara, ini bukan sekedar relawan.  Ini sebuah keikhlasan menerima anaknya berjuang jauh disana yang entah nantinya pulang hanya tinggal nama. Umi Fahri mencoba belajar dan meneladani sebuah kisah heroik Nusaibah binti Ka’ab yang merelakan suaminya dan kedua anaknya nya berjuang dijalan Allah bahkan dirinya sendiri pun ikut juga dan namanya tak pernah absent dalam beberapa peperangan.

“Bismillahirrahmanirrahiim.. inshallah Umi Ridho kamu berangkat kesana”

“Terimakasih Umi” Balas Fahri dengan senangnya

Setelah beberapa persiapan dan persyaratan dipenuhi Fahri terpilih menjadi salah satu relawan Indonesia yang akan diberangkatkan ke Palestina. Tak lupa ia membawa catatan kecil yang di tulisnya dulu. Ia tak pernah menyangka bahwa takdir Allah mewujudkan mimpi-mimpi nya tersebut. Sesampainya di negeri yang Allah cintai itu hatinya kembali bergetar menginjak kan kaki di tanah palestina. Fahri segera diarahkan menuju tempat berkumpulnya relawan Indonesia. Ia melewati beberapa tembok tembok yang sedikit rapuh beberapa bagiannya dan bertemu dengan seorang anak laki-laki yang berjalan dengan satu kaki.  Fahri memberikan sedikit senyum kepada anak laki-laki itu. Kemudian setelah melewatinya tak jauh dari situ ia bertemu lagi dengan gadis cilik yang juga sama berjalan hanya dengan satu kaki. Dan setelah itu ia menemukan lebih banyak lagi orang-orang yang berjalan hanya menggunakan satu kaki. Fahri bertanya pelan kapada koordinator relawan.

“Mengapa banyak sekali kutemui mereka dengan satu kaki”

“Begitulah keganasan zionis Israel yang menggunakan peluru kupu-kupu untuk menyerang umat muslim disini. Peluru kupu-kupu adalah peluru yang dibagian kepalanya terbelah, sehingga jika melesat kencang dan menumbuk sasaran maka kepalanya akan terbelah dan akan pecah berkeping-keping menjadi serpihan sehingga dipastikan sasaran target akan rusak alias cacat permanen”

Ternyata apa yang dilihatnya ketika di Indonesia atas kekejaman zioni israel kepada umat muslim sangatlah belum seberapa. Disini Fahri melihat langsung bagaimana kejamnya para zionis Israel.  Darah disini sudah menjadi hal biasa ketika berceceran di jalan-jalan. Suara isak tangis anak-anak yang melihat langsung Ayah atau Ibunya dibunuh di depan mata. Yang bisa mereka lakukan saat ini adalah terus berjuang untuk merebut kembali tanah Palestina.

“Abi semoga kita bisa kembali berjumpa di surga” ucap anak laki-laki yang baru saja melihat ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya setelah tertembak peluru kupu-kupu dibagian perutnya saat melewati perbatasan jalur Gaza. Fahri segera menghampiri anak laki-laki itu dan memeluknya. Kali ini ia kembali teringat akan Abinya dan berkata lirih kepada anak kecil itu “Semoga kamu bisa dipertemukan kembali ya dengan Abi disurga-Nya nanti. Sudah sekarang jangan menangis ya” Dipeluknya kembali anak laki-laki itu .



People Come and Go

Hadirnya setiap orang yang kita temui dalam kehidupan ini tidak ada yang terjadi secara kebetulan, melainkan sudah ditulis dan dicatat dalam...